Senin, 01 April 2013

salpingitis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Infeksi radang panggul sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas (sekitar saluran indung telur, sekitar jaringan lunak rahim, infeksi indung telur ). Juga berkaitan dengan infeksi jaringan sekitar panggul. Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri di bagian perut bawah dan dapat menimbulkan demam tinggi. Bahaya utama infeksi ini adalah terjadi perlekatan setelah infeksi yang menyebabkan gangguan terhadap kemungkinan hamil atau kemandulan ( Infertilitas ).
Infeksi radang panggul perlu mendapat pengobatan, sehingga tercapai kesembuhan total dengan obat yang tepat dan dosis yang tepat. Oleh karena itu di sarankan agar mematuhi petunjuk dokter dalam minum obat dan melakukan kontrol, sehingga tidak terjadi infeksi menahun yang menyebabkan perlekatan dan kemandulan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan tentang “Salpingitis” ini, penyusun menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
Ä  Apa definisi dari salpingitis ?
Ä  Apa saja yang menyebabkan terjadinya salpingitis ?
Ä  Apa saja tanda dan gejala salpingitis ?
Ä  Bagaimana cara pencegahan penyakit salpingitis ?
Ä  Bagaimana penatalaksanaan penyakit salpingitis ?

1.3  TUJUAN PEMBAHASAN
o   Tujuan umum
Ä  Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Askeb Ibu III
o   Tujuan khusus
Ä  Untuk mengetahui definisi dari salpingitis
Ä  Untuk mengetahui faktor penyebab salpingitis
Ä  Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit salpingitis
Ä  Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit salpingitis
Ä  Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit salpingitis

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi bakteri. Tuba fallopi terletak di setiap sisi rahim kanan dan kiri, dan keduanya terbuka dekat ovarium. Selama ovulasi, telur dirilis (ovum) memasuki tuba fallopi menuju ke rahim.
Hampir semua kasus disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang terjadi disertai dengan adanya sekresi cairan atau bahkan nanah. Infeksi dari salah satu tuba biasanya menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.
Kondisi ini merupakan penyebab umum ketidaksuburan perempuan sebab peradangan dapat merusak tuba falopi. Tanpa
perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur yang dilepaskan di setiap siklus menstruasi tidak dapat bertemu dengan sperma. Salpingitis disebut juga penyakit radang panggul (PID). Ini merupakan istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium.



2.2  Etiologi
Dalam kebanyakan kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. Jenis umum dari bakteri yang menyebabkan salpingitis adalah  Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus. Namun,  hal ini juga dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bakteri juga bisa masuk dalam tubuh melalui prosedur kebidanan/kandungan seperti persalinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium yang tidak steril. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.

2.3  Tanda dan gejala
Radang tuba Falloppii dan radang ovarium biasanva terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut.
Salpingo-ooforitis akuta yang disebabkan oleh gonorea sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit; pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhirnya dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika).
Salpingitis akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerpural atau pada abortus septik,  Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvik.
Salpingo-ooforitis kronika terdiri dari  hidrosalping,  piosalping, salpingitis interstisialis kronika,  kista tubo-ovarial, abses tubo-ovarial, abses ovarial,  salpingitis tuberkulosa. Pada hidrosalping terdapat penutupan tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi cairan tersebut dalarn tuba.
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan di sekitarnya. Pada salpingitis interstisialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus. Salah satu jenis ialah salpingitis isthmika nodosa.
Pada kista tubo-ovariaI, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo-ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri, dari stadium akut
dapat memasuki stadium menahun. Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genital.
Dalam kasus lebih ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti saluran tuba dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadari ia terinfeksi. Gejala-gejala salpingitis meliputi:
Ø  Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa atau bau
Ø  Dismenorea
Ø  Rasa sakit selama ovulasi
Ø  Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan
Ø  Demam tinggi disertai dengan menggigil
Ø  Nyeri abdomen bagian bawah di kedua sisi terutama kalau ditekan
Ø  Sakit punggung
Ø  Sering buang air kecil menunjukkan adanya keterkaitan dengan uretritis atau sistitis
Ø  Mual dan muntah akibat adanya iritasi / perangsangan pada peritoneum
Ø  Pada pemeriksaan dalam didapati nyeri goyang pada portio, kadang – kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang sehat seharusnya tak dapat diraba)
Ø  Gejala-gejala ini biasanya muncul setelah periode menstruasi.

2.4  Faktor Resiko terjadinya Salpingitis (PID)
*      Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.
*      Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
*      Pernah menderita PID
*      Pernah menderita penyakit menular seksual
*      Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang misalnya IUD

2.5  Pemeriksaan Fisik
Ä  Pemeriksaan umum
Suhu biasanya meningkat mencapai 102ºF atau 103ºF. Tekanan darah biasanya normal, walaupun denyut nadi seringkali cepat. 
Ä  Pemeriksaan abdomen
Nyeri maksimum pada kedua kuadran bawah. Nyeri lepas, rigiditas otot, defance muscular, bising usus menurun dan distensi merupakan tanda peradangan peritoneum. Nyeri tekan pada hepar (dapat diamati pada 30 persen pasien).

Ä  Pemeriksaan pelvis
Sering sulit dilakukan dan tidak memuaskan karena pasien merasa tidak nyaman dan rigiditas abdomen. Pada pemeriksaan dengan spekulum, sekret purulen akan terlihat keluar dari ostium uteri. Serviks sangat nyeri bila digerakkan. Uterus ukurannya normal, nyeri (terutama bila digerakkan) dan sering terfiksir pada posisinya. Uterus yang membesar memberikan kesan adanya kemungkinan abortus septik atau kehamilan ektopik. Adneksa secara bilateral sangat nyeri, massa definitive jarang terpalpasi kecuali telah terbentuk piosalping atau abses tuboovarium.

2.6  Pemeriksaan Laboratorium
v  Tes darah lengkap
Jumlah leukosit cenderung meningkat dan dapat mencapai 20 ribu, kadar hemoglobin dan hematokrit biasanya dalam batas normal, peningkatan kadarnya berkaitan dengan dehidrasi.
v  Pewarnaan gram endoserviks dan biakan
Diplokokus gram negative intraseluler pada apusan pewarnaan gram baik dari cairan serviks ataupun suatu AKDR dari pasien dengan salpingitis simptomatik merupakan penyokong adanya infeksi Neisseria yang memerlukan pengobatan. Biakan bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif Neisseria gonorrhoeae.
v  Kecepatan sedimentasi eritrosit
Kecepatan sedimentasi eritrosit sering meningkat. Tes ini terutama bermanfaat dalam diagnosis banding apendisitis dan kehamilan ektopik yang ruptur, karena kecepatan sedimentasi jarang meningkat pada kasus kehamilan ektopik atau dalam 12 jam pertama apendisitis akut.

2.7  Pemeriksaan Penunjang
o   Tes kehamilan
Tes kehamilan biasanya negatif, bila tes kehamilan positif maka kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan.

o   Kuldosintesis
Pada kuldosintesis cairan yang diaspirasi bersifat non-hemoragik. Pewarnaan gram dan biakan (baik aerob maupun anaerob) dari cairan peritoneum dapat memberikan diagnosis bakteriologik yang akurat.
o   Foto abdomen
Dengan tiga posisi (telentang, tegak dan lateral) dapat membantu bila dicurigai ada benda asing, cairan intraperitoneum atau organisme penghasil gas. Pada apendisitis akut, penemuan pada foto abdomen biasanya tidak spesifik.
o   Laparoskopi
Dapat membantu bila diagnosis tidak pasti.

2.8  Diagnosis Banding
Kondisi umum pelvis yang sering terlupakan untuk salpingitis akut adalah kehamilan ektopik, apendisitis akut dan diverticulitis
*      Kehamilan ektopik
Harus dicurigai bila terdapat riwayat amenore, oligomenore atau gejala-gejala kehamilan, terutama bila suhu dan jumlah leukosit tidak menunjukkan peningkatan yang bermakna. Kuldosintesis dapat menyingkap adanya darah yang tidak membeku.
*      Apendisitis
Perlu dipertimbangkan bila ada nyeri terlokalisir pada kuadran kanan bawah (terutama titik McBurney). Pada apendisitis, rangkaian gejala awalnya yang klasik yaitu nyeri periumbilikalis, diikuti dengan anoreksia, nausea dan vomitus atau keduanya, dan pergeseran rasa nyeri ke kuadran kanan bawah. Titik nyeri di atas apendiks akan lebih nyeri pada pergerakan serviks. Demam ringan dan leukositosis moderat merupakan gejala penyerta. Jumlah leukosit dan suhu sering lebih rendah dari yang didapat pada salpingitis akut. (Catatan : Bila dilakukan laparotomi karena dicurugai apendisitis dan ditemukan salpingitis tanpa komplikasi, tuba tidak dibenarkan diangkat atau diinsisi). 

*      Diverticulitis
Dapat sulit dibedakan dari salpingitis sisi kiri. Serangan khas diverticulitis ditandai dengan nyeri pada kuadran kiri bawah, menggigil, demam dan tanda – tanda peritoneum. Massa yang nyeri dapat terpalpasi di atas sigmoid. Pasien biasanya mempunyai riwayat serangan diverticulitis sebelumnya.  

2.9  Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.

2.10          Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual dengan cara menghindari seks bebas. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

2.11          Terapi / penatalaksanaan
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.
Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea atau infeksichlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.

Penatalaksanaan penyakit ini yaitu dengan :
o   Pasien dianjurkan untuk tirah baring pada posisi Fowler.
o   Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi
o   Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
o   Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam.
o   Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam.
o   Pilihan lain Ampisilin 3,5 gram per oral, disusul dengan 500 mg 4 x sehari selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada alternatif pertama maupun kedua.
o   Pilihan lain : Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari.
o   Jika pasien menggunakan AKDR, maka AKDR tersebut harus dicabut.
o   Jika tata laksana ini tidak menolong, pasien sebaiknya dirujuk.





BAB III
K A S U S


            Pada hari Senin tanggal 27 Desember 2010 jam 09.30 ada seorang ibu yang memeriksakan diri di poli kandungan RSUD Dr.Iskak. Ibu mengatakan merasa nyeri pada perutnya dan darah yang keluar dari vagina berbau tidak sedap setelah bersalin 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, dokter menyarankan agar ibu opname di rumah sakit agar dapat dilakukan observasi lebih lanjut karena dikhawatirkan akan mengalami infeksi yang lebih lanjut.  













BAB 1V
TINJAUAN KASUS

1. Data Dasar                                                                
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Desember 2010, jam 08.30 WIB di Ruang Nifas RSUD Dr. Iskak Tulungagung
     1.1.DATA SUBYEKTIF
      1. BIODATA
Nama istri              : Ny. N                        Nama Suami    : Tn. A
Umur                     : 28 tahun                    Umur               : 31 tahun
Agama                   : Islam                         Agama             : Islam
Pendidikan                        : SMA                         Pendidikan      : SMA
Suku/bangsa          : Indonesia                  Suku/bangsa    : Indonesia
Pekerjaan               : 1bu Rumah Tangga   Pekerjaan         : Wiraswasta
Kawin                   : Kawin                       Kawin             : Kawin
Umur kawin          : 23 tahun                    Umur kawin    : 26 tahun
Lama kawin          : 5 tahun                      Lama kawin    : 5 tahun
Alamat                  : Ds. Kalangbret          Alamat                       :Ds.Kalangbret
              RT/RW : 01/03                                    RT/RW : 01/03

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan merasa nyeri pada perutnya, badannya terasa panas dan  darah nifas yang keluar dari vaginanya berbau tidak enak sehabis bersalin 2 minggu yang lalu.
3. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche              : 14 tahun
Siklus                    : 28  hari
Lamanya               : 7 hari
Jumlah                   : hari 1-3 ( 3 koteks penuh )
                              : hari 4-7 ( 2 koteks penuh korteks/hari)
Konsistensi            : hari 1-3 ( menggumpal/kental)
                                hari 4-7 ( encer )
Warna                    : hari 1-3 ( merah tua )
                          hari 4-7 ( merah segar )
Dysminorhoe         : kadang-kadang, sebelum menstruasi
Flour Albus           : kadang-kadang, sebelum dan sesudah menstruasi
HPHT                    :09 Maret 2010
HPL                      : 14 Desember 2010
UK                        : 40 minggu

4. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS YANG          LALU
Suami
Ke
Hamil
ke
Persalinan
Nifas
Umur anak sekarang

L/P

UK

Hidup/mati
Tempat persalinan
Penolong

Penyulit
Lama nifas
kelainan
KB
Lama menyusui
1
1


L


38  minggu

Hidup

BPS

Bidan

-

40 har

-


Spiral


2 tahun

3 tahun


2
P
40 minggu
Hidup
RSU                    
Bidan    
-
2 minngu
salpingitis
-
2 minggu
2 minggu

5. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS SEKARANG
KEHAMILAN:
·   Ibu mengatakan hamil anak kedua, usia kehamilan 40 bulan, pergerakan janin dirasakan sejak usia kehamilan 5 bulan, selama hamil klien memeriksakan kehamilan di bidan, sebanyak 7 kali.
·   Keluhan selama hamil :
TM I          : mual- muntah
TM II        : tidak ada
TM III       : sering kencing
·   Imunisasi yang pernah didapat :
1X TT CPW, 1X saat hamil usia 3 bulan
·   Vitamin/obat-obatan yang pernah didapat :
Obat Fe,  Vit C,  B1  dan B6
·   HE yang pernah didapat :
Makanan yang bergizi dan perawatan payudara.

PERSALINAN
·   Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak hari Senin tanggal 13 Desember 2010 jam 22.00 WIB, lalu keluarga mengantarkan ibu ke RSUD Dr. Iskak Tulungagung pada jam 23.00 WIB.
·   Melahirkan di RSUD Dr.Iskak Tulungagung dan ketuban pecah pada pukul 05.00 WIB.
·   Bayi lahir pada tanggal 14 Desember 2010 jam 06.00 secara spontan ditolong oleh Bidan jenis kelamin perempuan
·   BB 3600 gram, PB 50 cm, AS 6 - 7, kelainan kongenital tidak ada, anus ada
·   Ada perlukaan jalan lahir, dilakukan heating
·   Jumlah perdarahan 300 cc

NEONATUS
·   Reflek rooting, sucking, swallowing     : Baik
·   Pertumbuhan      : BB 3300 gram (mengalami penurunan BB karena masih malas untuk minum), PB 50 cm, LK 35 cm, LD 38 cm, LL 12 cm
·   Imunisasi            : Hepatitis B

6. RIWAYAT KESEHATAN
                 6.1.Riwayat Kesehatan yang Lalu
·         Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menular, seperti PMS atau HIV/AIDS
·         Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, seperti Diabetes, Hipertensi
·         Pasien mengatakan  tidak memiliki penyakit menahun, seperti asma
·         Pasien mengatakan tidak pernah terinfeksi virus, seperti TORCH atau HIV/AIDS
·         Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan/opersi
6.2. Riwayat Kesehatan Suami/Keluarga
·         Keluarga mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, seperti PMS
·         Keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit menahun, seperti asma
·         Keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, seperti Diabetes, Hipertensi
·         Keluarga mengatakan tidak pernah terinfeksi virus, seperti TORCH atau HIV/AIDS
·         Keluarga mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi

7. KEADAAN PSIKOSOSIAL BUDAYA
·         Pasien mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan
·         Hubungan dengan suami, keluarga, dan masyarakat baik
·         Klien mengatakan tidak ada pantangan terhadap makanan atau  minuman tertentu

8. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
     8.1. Pola Nutrisi
a. Sebelum hamil
·         Makan       : 3 x sehari, porsi 1 piring
·         Menu         : nasi, lauk (tahu, tempe,) sayur, buah (pisang)
·         Minum       : 8 gelas/hari (air putih, kuah sayur, es)
b. Selama nifas
·         Makan       : 2 x sehari, porsi ½ piring (mengalami penurunan nafsu makan karena mual muntah).
·         Menu         : nasi, lauk, (tahu, tempe) sayur, buah
·         Minum       : 7 gelas/hari (air putih, kuah sayur, susu)
8.2. Pola Eliminasi
a. Sebelum hamil
·         BAB          : 1 x sehari, warna coklat kekuningan, lunak, bau khas, tidak nyeri
·         BAK         : 5 x sehari, warna jernih, bau khas, tidak nyeri, tidak ada pus atau nanah
b. Selama nifas   :
·         BAB          : 1 x sehari, warna coklat kekuningan, lunak, bau khas, tidak nyeri
·         BAK         : 7 x sehari, warna jernih, bau khas, terasa nyeri (adanya uretritis), tidak ada pus atau nanah.
8.3. Pola Istirahat dan Tidur
a. Sebelum hamil            : - siang (13.00 – 15.00)/ 2 jam
                                         - malam (22.00 – 04.00)/ 6 jam
b. Selama nifas               : - siang (12.30 – 15.00)/ 3 jam
                                      - malam (21.00 – 04.00)/ 7 jam
8.4. Pola Aktifitas
a. Sebelum hamil            : melakukan semua tugas sebagai ibu rumah tangga (memasak, mencuci, menyapu, mengepel)
b. Selama nifas               : mengurangi pekerjaan yang berat (hanya memasak dan menyapu saja)
8.5. Pola Personal Hygiene
a. Sebelum hamil            : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, cuci rambut 3x/minggu, ganti baju 2x/hari, ganti pakaian dalam 2x/hari
b. Selama nifas               : mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, ganti baju 1x/hari, ganti pakaian dalam 1x/hari.
8.6. Pola seksualitas
a. Sebelum hamil            : 3x/minggu, tidak ada keluhan
b. Selama nifas               : tidak pernah karena takut, cemas, khawatir.


8.7. Ketergantungan
Klien mengatakan tidak pernah ketergatungan terhadap obat-obatan, makanan, atau minuman tertentu.

1.2. DATA OBYEKTIF
SECARA UMUM
Keadaan umum        : cukup
Kesadaran                : composmentis
Postur tubuh             : tegak
Cara berjalan            : membungkuk
BB selama hamil      : 70 kg
BB selama nifas       : 62 kg
TB                            : 157 cm
LILA                        : 26 cm

TANDA-TANDA VITAL
Tensi             : 130/70 mmHg
Suhu             : 38,50C
Nadi             : 96 x/menit
Pernafasan    : 20 x/menit

PEMERIKSAAN FISIK
1.      Inspeksi
Kepala                : Kulit kepala bersih, rambut lurus, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan.
Muka                  : Simetris, tidak pucat, tidak odema, tampak menyeringai karena menahan nyeri.
Mata                   :Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-   abuan, ketajaman penglihatan tidak ada gangguan, bersih.
Hidung               : Bersih, tidak ada peradangan, lubang hidung simetris.
Mulut dan gigi   : Bibir simetris, gigi bersih, tidak ada caries, tidak ada ginggivitas, tidak ada stomatitis.
Telinga               : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Leher                  : Tidak ada bekas opersi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara            : Simetris, papilla mammae bersih, menonjol, tidak ada luka, aerola mammae bersih.
Aksila                 : Tidak ada benjolan, bersih.
Abdoment          : Tidak ada bekas operasi, terdapat strie gravidarum.
Genetalia            : Vulva dan vagina bersih, tidak edema, tidak ada varices, ada lokhea dan berbau, ada bekas jahitan.
Anus                   : Bersih, tidak ada hemoroid.
Ekstrimitas atas              : Simetris, tidak edema, kuku bersih
Ekstrimitas bawah          : Simetris, odema, kuku bersih, kemerahan,.
2. Palpasi
Leher                              : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara                        : Tidak ada benjolan abnormal/mobile, konsistensi keras, ASI sudah keluar.
Abdoment                      : TFU 2 jari di bawah pusat, nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri bawah, kontraksi baik, otot abdoment terasa kaku.
3. Auskultasi
Suara bising usus menurun 10x/menit (normal 13x/menit)
4. Perkusi
Reflek patella kiri dan kanan  : +/+

PEMERIKSAAN DALAM
Ä  Pada pemeriksaan dalam ditemui nyeri goyang portio dan pada pemeriksaan dengan spekulum ditemui adanya eksudat purulen.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium : HB 12g%
                                             Leukosit : 15.000 cmm

KESIMPULAN
Postpartum 2 minggu P2A0 disertai dengan salpingitis, keadaan umum cukup.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
NO
DATA DASAR
DIAGNOSA/MASALAH
1.






DS :
- Klien mengatakan merasa nyeri pada perutnya, badannya terasa panas dan  darah nifas yang keluar dari vaginanya berbau tidak enak sehabis bersalin 2 minggu yang lalu.
- Pola nutrisi selama nifas
·      Makan       : 2 x sehari, porsi ½ piring (mengalami penurunan nafsu makan karena mual muntah).
·      Menu        : nasi, lauk, (tahu, tempe) sayur, buah
·      Minum      : 7 gelas/hari (air putih, kuah sayur, susu)
- Pola eliminasi selama nifas    :
·      BAB         : 1 x/ 2 hari, warna coklat kekuningan, lunak, bau khas, tidak nyeri
·      BAK         : 7 x sehari, warna jernih, bau khas, terasa nyeri (adanya uretritis), tidak ada pus atau nanah.
- Pola personal Hygiene
Selama nifas              : mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, ganti baju 1x/hari, ganti pakaian dalam 1x/hari.

DO :
- TTV                
  Suhu               : 38,5ºC
  Nadi                : 96x/menit
  Tekanan darah : 130/70 mmHg
  Respirasi         : 20x/menit
- Muka
Simetris, tidak pucat, tidak odema, tampak menyeringai karena menahan nyeri.
- Abdoment
TFU 2 jari di bawah pusat, nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri bawah, kontraksi baik, otot abdoment terasa kaku, bising usus menurun pada pemeriksaan auskultasi.
- Genetalia
Vulva dan vagina tidak edema, tidak ada varices, ada lokhea dan berbau, ada bekas jahitan, pada pemeriksaan dalam dengan spekulum tampak terdapat eksudat purulen dan nyeri goyang portio.
- Pemeriksaan Laboraturium:
HB : 12g%
Leukosit : 15.000 cmm

P 2002, dua minggu postpartum dengan salpingitis.



III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Diagnosa potensial    : Infeksi puerperalis
- Masalah potensial      : Ketidaknyamanan 

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA, KONSULTASI DAN KOLABORASI
- Pemberian cairan infus





INTERVENSI/IMPLEMENTASI/EVALUASI
NO
DIAGNOSA/
MASALAH
TUJUAN/
KRITERIA KEBERHASILAN
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
P 2002,
dua minggu postpartum dengan salpingitis.

Tujuan:
1. Dalam pengobatan 1x24 jam, diharapkan nyeri pasien  berkurang
2. Mendeteksi sedini mungkin adanya resiko dan komplikasi.

Kriteria keberhasilan:
1. Keadaan ibu dengan TTV :
-Tensi: 110/70mmHg-120/80mmHg
- Nadi: 60x/menit-100x/menit
-Respirasi: 16x/menit-20x/menit
- Suhu : 36,50C-37,5ºC
2. Nyeri ibu berkurang atau bahkan hilang sama sekali.
3. Lokhea tidak berbau lagi.
Rencana tindakan:

  1. BHSP
Rasional:
Dengan melakukan pendekatan maka terciptakan hubungan yang baik antara klien dan bidan serta tercipta pula rasa saling percaya antara klien dan bidan.
  1. Anjurkan klien untuk tirah baring pada posisi Fowler.
Rasional : Dengan posisi demikian, klien akan merasa nyaman dan nyeri dapat berkurang karena rahim tidak tertekan abdoment.
  1. Observasi TTV.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien.
  1. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional:
Dengan demikian, dapat mengurangi rasa nyeri klien.
  1. Kompres klien dengan air hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
Rasional:
Dengan demikian, akan dapat merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh.
  1. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetalia.
Rasional:
Dengan demikian, mencegah terjadinya invasi bakteri yang lebih parah.
  1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik, antibiotik dan analgetik spektrum luas
Rasional : Dengan pemberian terapi obat – obatan, maka akan mencegah invasi bakteri yang lebih luas dan mempercepat proses penyembuhan.

28 Desember 2010, jam 09.00 WIB
  1. Melakukan pendekatan kepada klien dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sopan santun, serta perhatian lebih pada klien.



  1. Menganjurkan klien untuk tirah baring pada posisi Fowler.







  1. Mengobservasi TTV.




  1. Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi





  1. Mengkompres klien dengan air hangat.









  1. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetalia.





  1. Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik, antibiotik (Ampisilin 2 gram i.v, kemudian 1 gram setiap 6 jam) dan analgesic.
28 Desember 2010 jam 13.00 WIB
S:
Klien mengatakan mengerti, memahami penjelasan bidan tentang keadaannya saat ini, serta penanggulangan/perawatan yang perlu dilakukan.

O:
Keadaan umum ibu cukup baik

TTV:
- Tensi:120/80 mmHg
- Nadi:96x/menit
- Suhu: 38,30C
- Respirasi: 20x/menit

Pemeriksaan fisik:
- Pada abdoment masih terasa nyeri, tapi sudah tidak ada kekakuan otot abdoment.
- Pada pemeriksaan dalam masih ditemui eksudat purulen pada portio dan lokhea masih berbau.

A : P2002, dua minggu post partum dengan salpingitis

P : intervensi dilanjutkan
Ä Anjurkan klien tirah baring dengan posisi Fowler.
Ä Observasi TTV
Ä Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
Ä Kompres klien dengan air hangat
Ä Anjurkan klien menjaga kebersihan daerah genetalia
Ä Kolaborasi pemberian analgetik, antipiretik dan antibiotik spektrum luas.
o   Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
o   Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam.





BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi bakteri. Tuba fallopi terletak di setiap sisi rahim kanan dan kiri, dan keduanya terbuka dekat ovarium. Selama ovulasi, telur dirilis (ovum) memasuki tuba fallopi menuju ke rahim.
Hampir semua kasus disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang terjadi disertai dengan adanya sekresi cairan atau bahkan nanah. Infeksi dari salah satu tuba biasanya menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.
Kondisi ini merupakan penyebab umum ketidaksuburan perempuan sebab peradangan dapat merusak tuba falopi. Tanpa perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur yang dilepaskan di setiap siklus menstruasi tidak dapat bertemu dengan sperma. Salpingitis disebut juga penyakit radang panggul (PID). Ini merupakan istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium.

5.2 Saran
Makalah  yang kami sajikan ini masih banyak kesalahan dalam proses pembuatannya maupun penyajiannya. Kritik dan saran dari para pembaca maupun pembimbing mata kuliah ini sangat kami harapkan demi terwujudnya kesempurnaan dari makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA

6.      Sastrawinata, R. Sulaiman. “Ginekologi (Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung)”. Bandung : Elstar Offset. 1981
7.      Taber, Benzion. “Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi Edisi 2”. Jakarta : EGC. 1994

Tidak ada komentar: