BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi radang panggul sebagian berkaitan
dengan infeksi alat kelamin bagian atas (sekitar saluran indung telur, sekitar jaringan
lunak rahim, infeksi indung telur ). Juga berkaitan dengan infeksi jaringan
sekitar panggul. Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri
di bagian perut bawah dan dapat menimbulkan demam tinggi. Bahaya utama infeksi
ini adalah terjadi perlekatan setelah infeksi yang menyebabkan gangguan terhadap kemungkinan hamil atau kemandulan (
Infertilitas ).
Infeksi
radang panggul perlu mendapat pengobatan, sehingga tercapai kesembuhan total
dengan obat yang tepat dan dosis yang tepat. Oleh karena itu di sarankan agar
mematuhi petunjuk dokter dalam minum obat dan melakukan kontrol, sehingga tidak
terjadi infeksi menahun yang menyebabkan perlekatan dan kemandulan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan tentang “Salpingitis”
ini, penyusun menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
Ä Apa
definisi dari salpingitis ?
Ä Apa
saja yang menyebabkan terjadinya salpingitis ?
Ä Apa
saja tanda dan gejala salpingitis ?
Ä Bagaimana
cara pencegahan penyakit salpingitis ?
Ä Bagaimana
penatalaksanaan penyakit salpingitis ?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
o
Tujuan umum
Ä Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Askeb Ibu III
o
Tujuan khusus
Ä Untuk
mengetahui definisi dari salpingitis
Ä Untuk
mengetahui faktor penyebab salpingitis
Ä Untuk
mengetahui tanda dan gejala penyakit salpingitis
Ä Untuk
mengetahui cara pencegahan penyakit salpingitis
Ä Untuk
mengetahui penatalaksanaan penyakit salpingitis
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi
bakteri. Tuba fallopi terletak di setiap sisi rahim kanan dan kiri, dan
keduanya terbuka dekat ovarium. Selama ovulasi, telur dirilis (ovum) memasuki
tuba fallopi menuju ke rahim.
Hampir semua
kasus disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual
seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang terjadi disertai dengan adanya
sekresi cairan atau bahkan nanah. Infeksi dari salah satu tuba biasanya
menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah
bening di dekatnya.
Kondisi ini
merupakan penyebab umum ketidaksuburan perempuan sebab peradangan dapat merusak
tuba falopi. Tanpa
perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur yang dilepaskan di setiap siklus menstruasi tidak dapat bertemu dengan sperma. Salpingitis disebut juga penyakit radang panggul (PID). Ini merupakan istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium.
perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur yang dilepaskan di setiap siklus menstruasi tidak dapat bertemu dengan sperma. Salpingitis disebut juga penyakit radang panggul (PID). Ini merupakan istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium.
2.2
Etiologi
Dalam kebanyakan
kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri
dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.
Jenis umum dari bakteri yang menyebabkan salpingitis adalah Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus.
Namun, hal ini juga dapat disebabkan
oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bakteri
juga bisa masuk dalam tubuh melalui prosedur kebidanan/kandungan seperti persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsy endometrium yang tidak steril. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan
menyebabkan peritonitis.
2.3
Tanda
dan gejala
Radang tuba Falloppii dan radang ovarium
biasanva terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk
radang tersebut.
Salpingo-ooforitis
akuta yang disebabkan oleh gonorea sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa.
Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit; pada
infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat
kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak
luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhirnya
dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan
menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika).
Salpingitis
akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerpural atau pada abortus
septik, Infeksi ini menjalar dari
serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium
terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvik.
Salpingo-ooforitis
kronika terdiri dari hidrosalping, piosalping, salpingitis interstisialis
kronika, kista tubo-ovarial, abses
tubo-ovarial, abses ovarial, salpingitis
tuberkulosa. Pada hidrosalping terdapat penutupan tuba abdominalis. Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat
retensi cairan tersebut dalarn tuba.
Piosalping dalam stadium menahun merupakan
kantong dengan dinding tebal
yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan
di sekitarnya. Pada salpingitis interstisialis kronika dinding tuba menebal dan
tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di
tengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-jaringan
di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus. Salah satu jenis ialah
salpingitis isthmika nodosa.
Pada
kista tubo-ovariaI, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang
pada abses tubo-ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium. Abses ovarium
yang jarang terdapat sendiri, dari stadium akut
dapat memasuki stadium menahun. Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genital.
dapat memasuki stadium menahun. Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genital.
Dalam
kasus lebih ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti
saluran tuba dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadari ia terinfeksi.
Gejala-gejala salpingitis meliputi:
Ø Abnormal discharge vagina, seperti
warna yang tidak biasa atau bau
Ø Dismenorea
Ø Rasa sakit selama ovulasi
Ø Tidak nyaman atau hubungan seksual
yang menyakitkan
Ø Demam tinggi disertai dengan
menggigil
Ø Nyeri abdomen bagian bawah di kedua
sisi terutama kalau ditekan
Ø Sakit punggung
Ø Sering buang air kecil menunjukkan
adanya keterkaitan dengan uretritis atau sistitis
Ø Mual dan muntah akibat adanya
iritasi / perangsangan pada peritoneum
Ø Pada pemeriksaan dalam didapati
nyeri goyang pada portio, kadang – kadang ada penebalan dari tuba (tuba yang
sehat seharusnya tak dapat diraba)
Ø Gejala-gejala ini biasanya muncul
setelah periode menstruasi.
2.4
Faktor
Resiko terjadinya Salpingitis (PID)
Wanita yang aktif secara
seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang
panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti
pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita
berumur.
Faktor lainnya yang
berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal
yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea),
namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
Pernah menderita PID
Pernah menderita penyakit
menular seksual
Pemakaian alat kontrasepsi yang
bukan penghalang misalnya IUD
2.5
Pemeriksaan
Fisik
Ä Pemeriksaan
umum
Suhu biasanya meningkat
mencapai 102ºF atau 103ºF. Tekanan darah biasanya normal, walaupun denyut nadi
seringkali cepat.
Ä Pemeriksaan
abdomen
Nyeri maksimum pada
kedua kuadran bawah. Nyeri lepas, rigiditas otot, defance muscular, bising usus
menurun dan distensi merupakan tanda peradangan peritoneum. Nyeri tekan pada
hepar (dapat diamati pada 30 persen pasien).
Ä Pemeriksaan
pelvis
Sering sulit dilakukan
dan tidak memuaskan karena pasien merasa tidak nyaman dan rigiditas abdomen.
Pada pemeriksaan dengan spekulum, sekret purulen akan terlihat keluar dari
ostium uteri. Serviks sangat nyeri bila digerakkan. Uterus ukurannya normal,
nyeri (terutama bila digerakkan) dan sering terfiksir pada posisinya. Uterus yang
membesar memberikan kesan adanya kemungkinan abortus septik atau kehamilan
ektopik. Adneksa secara bilateral sangat nyeri, massa definitive jarang
terpalpasi kecuali telah terbentuk piosalping atau abses tuboovarium.
2.6
Pemeriksaan
Laboratorium
v Tes
darah lengkap
Jumlah leukosit
cenderung meningkat dan dapat mencapai 20 ribu, kadar hemoglobin dan hematokrit
biasanya dalam batas normal, peningkatan kadarnya berkaitan dengan dehidrasi.
v Pewarnaan
gram endoserviks dan biakan
Diplokokus gram
negative intraseluler pada apusan pewarnaan gram baik dari cairan serviks
ataupun suatu AKDR dari pasien dengan salpingitis simptomatik merupakan
penyokong adanya infeksi Neisseria yang memerlukan pengobatan. Biakan
bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif Neisseria gonorrhoeae.
v Kecepatan
sedimentasi eritrosit
Kecepatan sedimentasi
eritrosit sering meningkat. Tes ini terutama bermanfaat dalam diagnosis banding
apendisitis dan kehamilan ektopik yang ruptur, karena kecepatan sedimentasi
jarang meningkat pada kasus kehamilan ektopik atau dalam 12 jam pertama
apendisitis akut.
2.7
Pemeriksaan
Penunjang
o Tes
kehamilan
Tes kehamilan biasanya
negatif, bila tes kehamilan positif maka kemungkinan kehamilan ektopik harus
dipikirkan.
o Kuldosintesis
Pada kuldosintesis
cairan yang diaspirasi bersifat non-hemoragik. Pewarnaan gram dan biakan (baik
aerob maupun anaerob) dari cairan peritoneum dapat memberikan diagnosis
bakteriologik yang akurat.
o Foto
abdomen
Dengan tiga posisi
(telentang, tegak dan lateral) dapat membantu bila dicurigai ada benda asing,
cairan intraperitoneum atau organisme penghasil gas. Pada apendisitis akut,
penemuan pada foto abdomen biasanya tidak spesifik.
o Laparoskopi
Dapat membantu bila
diagnosis tidak pasti.
2.8
Diagnosis
Banding
Kondisi umum pelvis yang sering terlupakan
untuk salpingitis akut adalah kehamilan ektopik, apendisitis akut dan
diverticulitis
Kehamilan ektopik
Harus
dicurigai bila terdapat riwayat amenore, oligomenore atau gejala-gejala
kehamilan, terutama bila suhu dan jumlah leukosit tidak menunjukkan peningkatan
yang bermakna. Kuldosintesis dapat menyingkap adanya darah yang tidak membeku.
Apendisitis
Perlu
dipertimbangkan bila ada nyeri terlokalisir pada kuadran kanan bawah (terutama
titik McBurney). Pada apendisitis, rangkaian gejala awalnya yang klasik yaitu
nyeri periumbilikalis, diikuti dengan anoreksia, nausea dan vomitus atau
keduanya, dan pergeseran rasa nyeri ke kuadran kanan bawah. Titik nyeri di atas
apendiks akan lebih nyeri pada pergerakan serviks. Demam ringan dan
leukositosis moderat merupakan gejala penyerta. Jumlah leukosit dan suhu sering
lebih rendah dari yang didapat pada salpingitis akut. (Catatan : Bila dilakukan
laparotomi karena dicurugai apendisitis dan ditemukan salpingitis tanpa
komplikasi, tuba tidak dibenarkan diangkat atau diinsisi).
Diverticulitis
Dapat sulit dibedakan
dari salpingitis sisi kiri. Serangan khas diverticulitis ditandai dengan nyeri
pada kuadran kiri bawah, menggigil, demam dan tanda – tanda peritoneum. Massa
yang nyeri dapat terpalpasi di atas sigmoid. Pasien biasanya mempunyai riwayat
serangan diverticulitis sebelumnya.
2.9
Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan
berbagai kelainan di dalam kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas
dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan
saluran tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba
sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak
dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.
2.10
Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit
radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual dengan cara
menghindari seks bebas. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital
bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke
saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan
untuk mencegah berulangnya infeksi.
2.11
Terapi
/ penatalaksanaan
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah
mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak
subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan
dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab
adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan
untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.
Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita
dengan penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea
atau infeksichlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat
menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untuk
mengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan
seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
Penatalaksanaan
penyakit ini yaitu dengan :
o
Pasien dianjurkan untuk
tirah baring pada posisi Fowler.
o
Berikan antibiotika
spektrum luas dalam dosis yang tinggi
o
Ampisilin 2 g i.v,
kemudian 1 g setiap 6 jam
o
Ditambah Gentamisin 5
mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam.
o
Lanjutkan antibiotika
ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam.
o
Pilihan lain Ampisilin
3,5 gram per oral, disusul dengan 500 mg 4 x sehari selama 7 – 10 hari.
Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada alternatif pertama maupun
kedua.
o
Pilihan lain :
Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari.
o
Jika pasien menggunakan
AKDR, maka AKDR tersebut harus dicabut.
o
Jika tata laksana ini
tidak menolong, pasien sebaiknya dirujuk.
BAB
III
K A
S U S
Pada
hari Senin tanggal 27 Desember 2010 jam 09.30 ada seorang ibu yang memeriksakan
diri di poli kandungan RSUD Dr.Iskak. Ibu mengatakan merasa nyeri pada perutnya
dan darah yang keluar dari vagina berbau tidak sedap setelah bersalin 2 minggu
yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam, dokter menyarankan agar ibu
opname di rumah sakit agar dapat dilakukan observasi lebih lanjut karena dikhawatirkan
akan mengalami infeksi yang lebih lanjut.
BAB 1V
TINJAUAN KASUS
1. Data Dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Desember
2010, jam 08.30 WIB di Ruang Nifas RSUD Dr. Iskak Tulungagung
1.1.DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama istri : Ny. N Nama Suami :
Tn. A
Umur :
28 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa :
Indonesia
Pekerjaan : 1bu Rumah Tangga Pekerjaan :
Wiraswasta
Kawin : Kawin Kawin : Kawin
Umur kawin : 23 tahun Umur kawin :
26 tahun
Lama kawin : 5 tahun Lama kawin :
5 tahun
Alamat : Ds. Kalangbret Alamat :Ds.Kalangbret
RT/RW : 01/03 RT/RW : 01/03
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan merasa nyeri pada perutnya, badannya
terasa panas dan darah nifas yang keluar
dari vaginanya berbau tidak enak sehabis bersalin 2 minggu yang lalu.
3.
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Jumlah : hari 1-3 ( 3 koteks penuh )
: hari 4-7 ( 2
koteks penuh korteks/hari)
Konsistensi : hari 1-3 ( menggumpal/kental)
hari 4-7 ( encer
)
Warna : hari 1-3 ( merah tua )
hari 4-7 ( merah segar )
Dysminorhoe : kadang-kadang,
sebelum menstruasi
Flour Albus : kadang-kadang, sebelum dan sesudah
menstruasi
HPHT :09 Maret 2010
HPL : 14 Desember 2010
UK : 40 minggu
4.
RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU
Suami
Ke
|
Hamil
ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
Umur anak sekarang
|
||||||||
L/P
|
UK
|
Hidup/mati
|
Tempat
persalinan
|
Penolong
|
Penyulit
|
Lama nifas
|
kelainan
|
KB
|
Lama
menyusui
|
|||
1
|
1
|
L
|
38 minggu
|
Hidup
|
BPS
|
Bidan
|
-
|
40 har
|
-
|
Spiral
|
2 tahun
|
3 tahun
|
|
2
|
P
|
40 minggu
|
Hidup
|
RSU
|
Bidan
|
-
|
2 minngu
|
salpingitis
|
-
|
2 minggu
|
2 minggu
|
5. RIWAYAT KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN NIFAS SEKARANG
KEHAMILAN:
·
Ibu mengatakan hamil
anak kedua, usia kehamilan 40 bulan, pergerakan janin dirasakan sejak usia
kehamilan 5 bulan, selama hamil klien memeriksakan kehamilan di bidan, sebanyak
7 kali.
·
Keluhan selama hamil :
TM
I : mual- muntah
TM
II : tidak ada
TM
III : sering kencing
·
Imunisasi yang pernah
didapat :
1X TT CPW, 1X saat hamil usia 3 bulan
·
Vitamin/obat-obatan
yang pernah didapat :
Obat Fe, Vit
C, B1
dan B6
·
HE yang pernah didapat
:
Makanan yang
bergizi dan perawatan payudara.
PERSALINAN
·
Ibu mengatakan
kenceng-kenceng sejak hari Senin tanggal 13 Desember 2010 jam 22.00 WIB, lalu
keluarga mengantarkan ibu ke RSUD Dr. Iskak Tulungagung pada jam 23.00 WIB.
·
Melahirkan di RSUD
Dr.Iskak Tulungagung dan ketuban pecah pada pukul 05.00 WIB.
·
Bayi
lahir pada tanggal 14 Desember 2010 jam 06.00 secara spontan ditolong oleh
Bidan jenis kelamin perempuan
·
BB
3600 gram, PB 50 cm, AS 6 - 7, kelainan kongenital tidak ada, anus ada
·
Ada
perlukaan jalan lahir, dilakukan heating
·
Jumlah
perdarahan 300 cc
NEONATUS
·
Reflek
rooting, sucking, swallowing : Baik
·
Pertumbuhan : BB 3300 gram (mengalami penurunan BB
karena masih malas untuk minum), PB 50 cm, LK 35 cm, LD 38 cm, LL 12 cm
·
Imunisasi : Hepatitis B
6. RIWAYAT KESEHATAN
6.1.Riwayat
Kesehatan yang Lalu
·
Pasien
mengatakan tidak memiliki penyakit menular, seperti PMS atau HIV/AIDS
·
Pasien
mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, seperti Diabetes, Hipertensi
·
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menahun, seperti asma
·
Pasien mengatakan tidak
pernah terinfeksi virus, seperti TORCH atau HIV/AIDS
·
Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan/opersi
6.2.
Riwayat Kesehatan Suami/Keluarga
·
Keluarga mengatakan tidak
pernah menderita penyakit menular, seperti PMS
·
Keluarga mengatakan
tidak memiliki penyakit menahun, seperti asma
·
Keluarga mengatakan tidak
memiliki penyakit menurun, seperti Diabetes, Hipertensi
·
Keluarga mengatakan
tidak pernah terinfeksi virus, seperti TORCH atau HIV/AIDS
·
Keluarga mengatakan tidak
pernah mengalami kecelakaan/operasi
7.
KEADAAN PSIKOSOSIAL BUDAYA
·
Pasien
mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan
·
Hubungan
dengan suami, keluarga, dan masyarakat baik
·
Klien mengatakan tidak
ada pantangan terhadap makanan atau
minuman tertentu
8. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
8.1. Pola
Nutrisi
a. Sebelum hamil
·
Makan : 3 x sehari, porsi 1 piring
·
Menu : nasi, lauk (tahu, tempe,) sayur, buah
(pisang)
·
Minum : 8 gelas/hari (air putih, kuah sayur, es)
b. Selama nifas
·
Makan
: 2 x sehari, porsi ½ piring
(mengalami penurunan nafsu makan karena mual muntah).
·
Menu : nasi, lauk, (tahu, tempe) sayur, buah
·
Minum : 7 gelas/hari (air putih, kuah sayur,
susu)
8.2.
Pola Eliminasi
a. Sebelum hamil
·
BAB : 1 x sehari, warna coklat kekuningan,
lunak, bau khas, tidak nyeri
·
BAK : 5 x sehari, warna jernih, bau khas,
tidak nyeri, tidak ada pus atau nanah
b. Selama nifas :
·
BAB : 1 x sehari, warna coklat kekuningan,
lunak, bau khas, tidak nyeri
·
BAK : 7 x sehari, warna jernih, bau khas,
terasa nyeri (adanya uretritis), tidak ada pus atau nanah.
8.3. Pola Istirahat dan Tidur
a. Sebelum hamil : - siang (13.00 – 15.00)/ 2 jam
- malam (22.00 – 04.00)/ 6 jam
b. Selama nifas : - siang (12.30 – 15.00)/ 3 jam
- malam (21.00 – 04.00)/ 7 jam
8.4. Pola Aktifitas
a. Sebelum hamil : melakukan semua tugas sebagai ibu
rumah tangga (memasak, mencuci, menyapu, mengepel)
b. Selama nifas : mengurangi pekerjaan yang berat
(hanya memasak dan menyapu saja)
8.5. Pola Personal Hygiene
a. Sebelum hamil
: mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari, cuci rambut 3x/minggu, ganti baju 2x/hari, ganti pakaian dalam 2x/hari
b. Selama nifas : mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari,
ganti baju 1x/hari, ganti pakaian dalam 1x/hari.
8.6. Pola seksualitas
a. Sebelum hamil : 3x/minggu, tidak ada keluhan
b. Selama nifas : tidak pernah karena takut,
cemas, khawatir.
8.7. Ketergantungan
Klien mengatakan tidak pernah ketergatungan terhadap
obat-obatan, makanan, atau minuman tertentu.
1.2. DATA OBYEKTIF
SECARA UMUM
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
Postur tubuh : tegak
Cara berjalan : membungkuk
BB selama
hamil : 70 kg
BB selama nifas : 62 kg
TB : 157 cm
LILA : 26 cm
TANDA-TANDA VITAL
Tensi : 130/70 mmHg
Suhu : 38,50C
Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala
bersih, rambut lurus, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan.
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak
odema, tampak menyeringai karena menahan nyeri.
Mata :Simetris, konjungtiva merah
muda, sclera putih keabu- abuan,
ketajaman penglihatan tidak ada gangguan, bersih.
Hidung : Bersih, tidak ada peradangan,
lubang hidung simetris.
Mulut dan gigi : Bibir simetris, gigi bersih, tidak ada
caries, tidak ada ginggivitas, tidak ada stomatitis.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada
serumen.
Leher : Tidak ada bekas opersi,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara : Simetris, papilla mammae bersih, menonjol,
tidak ada luka, aerola mammae bersih.
Aksila : Tidak ada benjolan, bersih.
Abdoment : Tidak ada bekas operasi, terdapat
strie gravidarum.
Genetalia : Vulva dan vagina bersih, tidak
edema, tidak ada varices, ada lokhea dan berbau, ada bekas jahitan.
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid.
Ekstrimitas atas :
Simetris, tidak edema, kuku bersih
Ekstrimitas bawah :
Simetris, odema, kuku bersih, kemerahan,.
2. Palpasi
Leher : Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Payudara : Tidak ada benjolan
abnormal/mobile, konsistensi keras, ASI sudah keluar.
Abdoment : TFU 2 jari di bawah
pusat, nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri bawah, kontraksi baik, otot
abdoment terasa kaku.
3. Auskultasi
Suara bising usus menurun
10x/menit (normal 13x/menit)
4. Perkusi
Reflek patella kiri
dan kanan : +/+
PEMERIKSAAN
DALAM
Ä Pada pemeriksaan dalam ditemui nyeri goyang portio dan
pada pemeriksaan dengan spekulum ditemui adanya eksudat purulen.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium : HB 12g%
Leukosit
: 15.000 cmm
KESIMPULAN
Postpartum 2 minggu
P2A0 disertai dengan salpingitis, keadaan umum cukup.
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
NO
|
DATA
DASAR
|
DIAGNOSA/MASALAH
|
1.
|
DS :
- Klien
mengatakan merasa nyeri pada perutnya, badannya terasa panas dan darah nifas yang keluar dari vaginanya
berbau tidak enak sehabis bersalin 2 minggu yang lalu.
- Pola
nutrisi selama nifas
·
Makan : 2 x sehari, porsi ½
piring (mengalami penurunan nafsu makan karena mual muntah).
·
Menu : nasi, lauk, (tahu, tempe) sayur,
buah
·
Minum : 7 gelas/hari (air putih, kuah sayur,
susu)
- Pola
eliminasi selama nifas :
·
BAB : 1 x/ 2 hari, warna coklat
kekuningan, lunak, bau khas, tidak nyeri
·
BAK : 7 x sehari, warna jernih, bau khas,
terasa nyeri (adanya uretritis), tidak ada pus atau nanah.
- Pola
personal Hygiene
Selama nifas :
mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, ganti baju 1x/hari, ganti pakaian dalam
1x/hari.
DO :
- TTV
Suhu : 38,5ºC
Nadi : 96x/menit
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Respirasi : 20x/menit
- Muka
Simetris,
tidak pucat, tidak odema, tampak menyeringai karena menahan nyeri.
- Abdoment
TFU 2 jari
di bawah pusat, nyeri tekan pada kuadran kanan dan kiri bawah, kontraksi
baik, otot abdoment terasa kaku, bising usus menurun pada pemeriksaan
auskultasi.
- Genetalia
Vulva dan
vagina tidak edema, tidak ada varices, ada lokhea dan berbau, ada bekas
jahitan, pada pemeriksaan dalam dengan spekulum tampak terdapat eksudat
purulen dan nyeri goyang portio.
-
Pemeriksaan Laboraturium:
HB : 12g%
Leukosit :
15.000 cmm
|
P 2002, dua
minggu postpartum dengan salpingitis.
|
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Diagnosa potensial : Infeksi
puerperalis
- Masalah potensial :
Ketidaknyamanan
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN
SEGERA, KONSULTASI DAN KOLABORASI
- Pemberian
cairan infus
INTERVENSI/IMPLEMENTASI/EVALUASI
NO
|
DIAGNOSA/
MASALAH
|
TUJUAN/
KRITERIA
KEBERHASILAN
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
P 2002,
dua minggu postpartum dengan salpingitis.
|
Tujuan:
1. Dalam pengobatan 1x24 jam,
diharapkan nyeri pasien berkurang
2. Mendeteksi sedini mungkin
adanya resiko dan komplikasi.
Kriteria keberhasilan:
1. Keadaan ibu dengan TTV :
-Tensi: 110/70mmHg-120/80mmHg
- Nadi: 60x/menit-100x/menit
-Respirasi: 16x/menit-20x/menit
- Suhu : 36,50C-37,5ºC
2. Nyeri ibu berkurang atau bahkan hilang sama
sekali.
3. Lokhea tidak berbau lagi.
|
Rencana tindakan:
Rasional:
Dengan melakukan pendekatan maka terciptakan hubungan
yang baik antara klien dan bidan serta tercipta pula rasa saling percaya
antara klien dan bidan.
Rasional : Dengan posisi demikian, klien akan merasa
nyaman dan nyeri dapat berkurang karena rahim tidak tertekan abdoment.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan keadaan
pasien.
Rasional:
Dengan demikian, dapat mengurangi rasa nyeri klien.
Rasional:
Dengan demikian, akan dapat merangsang hipotalamus
untuk menurunkan suhu tubuh.
Rasional:
Dengan demikian, mencegah terjadinya invasi bakteri
yang lebih parah.
Rasional : Dengan pemberian terapi obat – obatan, maka
akan mencegah invasi bakteri yang lebih luas dan mempercepat proses
penyembuhan.
|
28 Desember 2010, jam 09.00
WIB
|
28 Desember 2010 jam 13.00 WIB
S:
Klien mengatakan mengerti, memahami penjelasan
bidan tentang keadaannya saat ini, serta penanggulangan/perawatan yang perlu
dilakukan.
O:
Keadaan umum ibu cukup
baik
TTV:
- Tensi:120/80 mmHg
- Nadi:96x/menit
- Suhu: 38,30C
- Respirasi: 20x/menit
Pemeriksaan fisik:
- Pada abdoment masih terasa
nyeri, tapi sudah tidak ada kekakuan otot abdoment.
- Pada pemeriksaan dalam
masih ditemui eksudat purulen pada portio dan lokhea masih berbau.
A : P2002, dua minggu post
partum dengan salpingitis
P : intervensi dilanjutkan
Ä Anjurkan klien tirah baring dengan posisi Fowler.
Ä Observasi TTV
Ä Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
Ä Kompres klien dengan air hangat
Ä Anjurkan klien menjaga kebersihan daerah genetalia
Ä Kolaborasi pemberian analgetik, antipiretik dan
antibiotik spektrum luas.
o
Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
o
Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan metronidazol
500 mg i.v setiap 8 jam.
|
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi
bakteri. Tuba fallopi terletak di setiap sisi rahim kanan dan kiri, dan
keduanya terbuka dekat ovarium. Selama ovulasi, telur dirilis (ovum) memasuki
tuba fallopi menuju ke rahim.
Hampir semua
kasus disebabkan oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual
seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang terjadi disertai dengan adanya
sekresi cairan atau bahkan nanah. Infeksi dari salah satu tuba biasanya
menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah
bening di dekatnya.
Kondisi ini
merupakan penyebab umum ketidaksuburan perempuan sebab peradangan dapat merusak
tuba falopi. Tanpa perawatan yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak
tuba falopi sehingga telur yang dilepaskan di setiap siklus menstruasi tidak
dapat bertemu dengan sperma. Salpingitis disebut juga penyakit radang panggul
(PID). Ini merupakan istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem reproduksi
wanita, termasuk rahim dan ovarium.
5.2 Saran
Makalah yang kami sajikan ini masih banyak kesalahan
dalam proses pembuatannya maupun penyajiannya. Kritik dan saran dari para
pembaca maupun pembimbing mata kuliah ini sangat kami harapkan demi terwujudnya
kesempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
6. Sastrawinata,
R. Sulaiman. “Ginekologi (Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung)”. Bandung : Elstar Offset. 1981
7. Taber,
Benzion. “Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi Edisi 2”. Jakarta
: EGC. 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar