BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Perineum biasanya terjadi pada persalinan
normal. Disebabkan kebersihan daerah perineum kurang terjaga. Misalnya, karena
tidak segera mengganti pembalut bila sudah penuh cairan lokia. Atau, setelah
dibasuh, daerah perineum tidak dikeringkan.
Gejala yang biasanya timbul adalah: 1) Timbul rasa panas
dan perih pada tempat yang terinfeksi, 2) Perih saat buang air kecil, 3) Demam,
4) Keluar cairan seperti keputihan dan berbau.
B. Tujuan
Tujuan penulisan Asuhan Kebidanan ini adalah untuk menjelaskan segala
sesuatu tentang infeksi perineum yang mencakup:
1.
Pengertian infeksi perineum
2.
Macam-macam
BAB II
T E O R I
A.
PENGERTIAN
Infeksi
adalah kolonalisasi
yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang
membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang
untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan
bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan
sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas,
mencakup bakteri, parasit, fungi,
virus, prion,
dan viroid.
Infeksi terjadi apabila mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, atau lainnya tumbuh berlebihan pada vagina. Sebagian dari
mikroorganisme ini memang merupakan penghuni jalan lahir dan tetap berada dalam
keseimbangan yang baik pada vagina yang bersih dan sehat. Infeksi juga bisa
terjadi karena kebersihan yang kurang terjaga. Jadi, jangan anggap remeh
gangguan dan kelainan di jalan lahir. Sebab efeknya tak cuma bisa menghambat
proses persalinan, tetapi juga berakibat jauh lebih fatal.
Infeksi pun dikhawatirkan akan menulari si bayi.
Contohnya bila vagina ibu terinfeksi gonorhea, maka bayi yang
dilahirkan melaluinya kemungkinan besar akan mengalami kebutaan karena kuman
yang menyerang termasuk ganas dan memiliki enzim yang mampu menembus kornea.
Biasanya penularan mulai terlihat sehari atau dua hari setelah bayi dilahirkan
dengan gejala yang sangat parah. Bahkan, sekadar disentuh pun beleknya akan
keluar dan sangat menular. Bayi dengan infeksi seperti ini biasanya akan
diisolasi dan diberi antibiotik khusus setiap jam.
Infeksi lain di jalan lahir yang juga diduga
bisa menular ke bayi di antaranya herpes genitalis, condyloma lata
(kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (infeksi
yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita) dan
lainnya.
Ada 3 pemeriksaan (3P) untuk menentukan apakah
ibu bisa menjalani persalinan normal atau tidak.
1.
Pemeriksaan
fisik melalui rabaan tangan pada perut ibu. Tujuannya mengetahui sejauh mana
bagian terbawah tubuh janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.
2.
Pemeriksaan
dalam dengan memasukkan jari dokter/bidan ke dalam vagina dan memeriksa panggul
bagian dalam secara klinis.
3.
Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui ukuran dan taksiran berat janin.
Selain itu, proses persalinan bergantung pula
pada 3P yang berarti power, passage, dan passanger.
Proses persalinan bisa berjalan lancar jika ketiga komponen tersebut dalam
kondisi baik. Ukuran bayi (passanger) sebaiknya tak terlalu besar agar
bisa melalui jalan lahir (passage). Didukung oleh kontraksi (power)
yang
teratur dan efektif sehingga mampu membuka jalan lahir. Ketiga hal tersebut
sudah harus diketahui sebelum persalinan.
B.
MACAM-MACAM
INFEKSI JALAN LAHIR
Infeksi pada Perineum,
Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
- Infeksi Perineum
Infeksi Perineum biasanya terjadi
pada persalinan normal. Disebabkan kebersihan daerah perineum kurang terjaga.
Misalnya, karena tidak segera mengganti pembalut bila sudah penuh cairan lokia.
Atau, setelah dibasuh, daerah perineum tidak dikeringkan.
Gejala:
§
Timbul rasa panas dan perih
pada tempat yang terinfeksi
§
Perih saat buang air kecil.
§
Demam.
§
Keluar cairan seperti keputihan
dan berbau.
Lakukan:
§
Jangan menggaruk perineum
maupun vagina.
§
Jangan mencoba mengobati
sendiri dengan cairan pembersih kewanitaan karena ada keputihan.
§
Segera hubungi dokter kandungan
Anda untuk dilakukan tindakan pengobatan. Selain diberi antibiotik, dokter akan
menganjurkan Anda merawat luka dengan cara bath seat, yakni berjongkok
atau duduk, kemudian membasuh bekas luka dengan cairan antiseptik.
Mencegah Infeksi Perineum:
§
Basuh vagina dan sekitarnya
dengan ir bersih setiap habis buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)
hingga bersih. Basuh dari arah depan ke belakang, hingga tidak ada kotoran dari
anus yang akan menempel pad a luka bekas jahitan.
§
Setelah vagina dibersihkan,
segera ganti pembalut untuk mencegah vagina lembab dan kotor.
§
Setelah dibasuh, keringkan
perineum dengan handuk bersih sampai kering.
Komplikasi
- Vulvitis
- Vaginitis
- Servicitis
- Endometritis
Patofisiologi
- Vulvitis.
a.
Definisi
Vulvitis adalah
suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
b.
Penyebab
·
Bakteri (misalnya klamidia,
gonokokus)
·
Jamur (misalnya kandida),
terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik
·
Protozoa (misalnya Trichomonas
vaginalis)
·
Virus (misalnya virus papiloma
manusia dan virus herpes).
c.
Gejala
Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai
hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina.
Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar
cairan kental seperti keju.
Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita
diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
Infeksi karena Trichomonas vaginalis
menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan
dengan bau yang tidak sedap.
Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah,
bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau
endometrium.
Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual.
Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual.
Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa
disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ
(kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa
disebabkan oleh infeksi herpes atau abses.
Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker
atau sifilis.
Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa
menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
d.
Diagnosa
Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan
Pap smear.
Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.
e.
Pengobatan
Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara
khusus sesuai dengan penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik,
anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya.
Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan
vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh
dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko
terjadinya peradangan panggul.
- Vaginitis.
a.
Pengertian
Vaginitis adalah suatu
peradangan pada lapisan vagina. vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva
(organ kelamin luar wanita).
b.
Penyebab
Penyebabnya bisa berupa:
Penyebabnya bisa berupa:
1)
Infeksi
·
Bakteri (misalnya klamidia,
gonokokus)
·
Jamur (misalnya kandida),
terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik
·
Protozoa (misalnya trichomonas
vaginalis)
·
Virus (misalnya virus papiloma
manusia dan virus herpes)
2)
Zat atau benda yang bersifat iritatif
·
Spermisida, pelumas, kondom,
diafragma, penutup serviks dan spons
·
Sabun cuci dan pelembut pakaian
·
Deodoran
·
Zat di dalam air mandi
·
Pembilas vagina
·
Pakaian dalam yang terlalu
ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
3)
Tumor ataupun jaringan
abnormal lainnya
4)
Terapi penyinaran
obat-obatan
5)
Perubahan hormonal
c.
Gejala
Gejala
yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai
gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental
dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. misalnya bisa
seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi
vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu
atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual atau
mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi
penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
d.
Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan
yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan
dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya
keganasan, dilakukan pemeriksaan pap smear.
e.
Pengobatan
Jika
cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa
membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati
secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi,
diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme
penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina
dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan
terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya
peradangan panggul.
Jika
akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi
menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain
antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar
cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi
meular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual
diobati pada saat yang sama.
Penipisan
lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen
bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan
langsung ke vulva dan vagina.
Selain
obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya
terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan
sabun gliserin). Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan
kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk
mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim
atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet
acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi
herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
- Servicitis
a.
Pengertian
Cervicitis ( endo cervicitis ) ialah radang pada selaput
lendir canalis cervikalis. Karena epitel selaput canalis cervikalis hanya
terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan muda terjadi infeksi. Pada
seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada
seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas
dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
b.
Klasifikasi Cervicitas
1)
Cervicitis Akula
a)
Penyebab
Cervicitis Akula dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali dari endoseviks dan ditemukan dalam gonorhea, dan pada infeksi post abortum atau post partum yang disebabkan oleh streptococcus, stafilococcus dll.
Cervicitis Akula dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali dari endoseviks dan ditemukan dalam gonorhea, dan pada infeksi post abortum atau post partum yang disebabkan oleh streptococcus, stafilococcus dll.
b)
Gejala
Cervis merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukupurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada cervis biasanya tidak seberapa tampak ditengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Cervis merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukupurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada cervis biasanya tidak seberapa tampak ditengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
c)
Terapi
Terapi dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronika.
Terapi dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronika.
2)
Cervicitis Kronika
a)
Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
§ Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak
menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
§ Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio
disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
§ Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks
lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu
mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi
hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak.
b)
Penyebab
·
Gonorhoe, sediaan harus dari
flour cerviks, terutama yang purulen.
·
Sekunder terhadap kolpitis.
·
Tindakan intrauteri dilatasi
dll.
·
Alat-alat atau obat
kontrasepsi.
·
Robekan cerviks terutama yang
menyebabkan extropin.
c)
Gejala
·
Flour hebat biasanya kental
atau purulen dan kadang-kadang berbau.
·
Sering menimbulkan erosi pada
potio yang tampak sebagian daerah yang merah menyala.
·
Pada pemeriksaan inspekulo
kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis cervicalis.
Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe.
·
Sekunder dapat terjadi kolpitis
dan vulvitis.
·
Pada cervicitisyang kronis
kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan
disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena saluran keluarnya
tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena radang.
d)
Terapi
·
Antibiotika terurama kalau
dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
·
Kalau cerviks tidak spesifik
didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan
dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng
berlapis banyak.
·
Kauterisasi-radial dengan
termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis,
jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun
oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam
kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar
mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan
amputasi cerviks.
- Endometritis
a.
Pengertian
Endometriosis merupakan
suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada
jaringan.
Endometritis banyak
ditemukan setelah sectio cesarea terutama bila sebelumnya pasien menderita
karioamnionitis,partus lama atau ketuban pecah.
b.
Macam-Macam Endometritis
Endometritis
Akuta
Pada
endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hipermi dan pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat hipermi,edema,dan infiltrasi leukosit berinti polimorf
yang banyak serta perdarahan-perdarahan interstial. Sebab yang paling penting
ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi
gonorea mulai sebagai servisitis akuta dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan di bahas secara khusus dan
oleh sebab itu tidak di bicarakan lebih lanjut di sini. Infeksi post abortus
dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri. Luka
pada dinding uterus bekas tempat plasenta yang merupakan porte d’entrée pada
kuman-kuman pathogen. Selain itu,alat-alat yang digunakan pada abortus dan
partus dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada
abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium,ke tuba
dan ovarium dan ke peritoneum di sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akuta
dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gajala penyakt dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi,kelihatan sakit keras,keluar lochea yang bernanah dan
uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab
lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar
partus/abortus seperti kerokan,memasukkan radium ke dalam uterus,memasukkan IUD
ke dalam uterus,dsb. Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam
uterus,apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium/menjalar ke
jaringan di sekitarnya. Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman
yang tidak seberapa patogen,umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri,dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endomtrium pada waktu
haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha
mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Endometritis
Kronika
Endometritis
kronika tidak seberapa sering terdapat oleh karena infeksi masuknya pada
endometrium,yang tidak dapat mempertahankan diri karena pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium yang lagi haid.Pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan banyak sel – sel plasma dan limfosit.Penemuan limfosit saja tidak
besar artinya karena sel itu juga
ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala krinis endometritis kronika ialah
leukorea dan menorargia pengobatannya tergantung
Endometritis
kronika ditemukan
a.
Pada tuberculosis
b.
Jika tertinggal
sisa-sisa abortus atau partus
c.
Jika terdapat korpus
alienum di kavum uteri
d.
Pada polip uterus
dengan infeksi
e.
Pada tumor ganas uterus
f.
Pada salpingo-ooporitis
dan selulitis pelvic
Endometritis
tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberkulosa genital pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium yang
beradang menahun.
Pada
abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua
dan vili korilaris di tengah-tengah radang menhun endometrium.
Pada
partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus terdapat
peradangandan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis
kronika yang lain umumnya akibat infeksi terus menerus karena adanya benda
asing atau polip atau tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
c.
Faktor-Faktor Predisposisi
Meliputi:
1)
Sectio sesarea
2)
Ketuban pecah
3)
Partus lama
4)
Anemia
5)
Jaringan placenta yang
bertahan
6)
Pemakaian AKDR
7)
Penyakit:sistemik yang
menurunkan resistensi terhadap infeksi
8)
Perdarahan
9)
Wanita dengan kasus
nutrisi yang buruk
d.
Etiologi
Endometritis disebabkan oleh adanya
infeksi oleh sereptokokus β – hemolitikusgroup A yang nantinya dapat
menyebabkan bising pada usus yang hipoaktif sehingga menjadi pada peradangan.
e.
Patofisiologi
Jenis infeksi yang paling sering
adalah endometritis,kuman-kuman memasuki endometrium, kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas incersio placenta dan dalam waktu singkat
mengikut sertakan endometrium.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak
seberapa patogen,radang bebas pada endometrium jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan menggunakan getah berbau dan terdiri
atas keeping-keping nekrotis serta cairan.Pada bekas antara darah yang meradang
dan daerah sehat terdapat lapisan yang terdiri dari leokosit.
f.
Tanda Dan Gejala
1)
Menggigil
2)
Demam
3)
Nyeri abdomen bagian
bawah dengan/tanpa perdarahan pervaginam
4)
Secret vagina mukofulen
dan lokia yang berbau busuk merupakan gejala-gejala yang khas
g.
Komplikasi Potensial
1)
Komplikasi meliputi
selvikis pelvis
2)
Trombolflebitis vena
pelvis
3)
Peritonitis
4)
Abses pelvis
5)
Bakteriema
6)
Koagulasi intravaskuler
diseminata
7)
Syok septic
h.
Diagnosis Banding
Meliputi:
1)
Infeksi traktus
urinarius
2)
Demam pernapasan
3)
Demam obab
4)
Septicemia
5)
Tromboflebitis pelvis
6)
Abses pelvis
i.
Penatalaksanaan
1)
Antibiotika dan
drainase yang memadai merupakan pokok sasaran terapi
2)
Cairan intravena dan
elektronik,secepat mungkin pasien diberikan diet per oral untuk memberikan
nutrisi yang baik
3)
Penggantian darah dapat
diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau post partum
4)
Tirah baring dan
analgesia merupakan terapi pendukung ang banyak manfaatnya
BAB III
K A S U S
Radar padang baru lubuk basung
Ibu Arini datang ke BPS ELIANA
HANIFA pada tanggal 20 April 2010 jam 09.00 WIB. Klien datang dengan keluhan
nyeri pada daerah kewanitaanya terutama
pada luka bekas jahitan setelah melahirkan 5 hari yang lalu. Klien
terakhir menstruasi pada tanggal 18 Agustus 2009. Klien juga mengatakan bahwa
ini adalah anak yang pertama.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “ A “ POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN INFEKSI LUKA PERENIUM DI BPS ELIANA HANIFA PADANG BARU LUBUK BASUNG
I. DATA DASAR
Pengkajian dilakukan pada hari
selasa tanggal 20 April 2010 pukul 09.00 WIB di BPS ELIANA HANIFA.
I.I DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama istri : Ny “ A”
Umur :
25 tahun
Bangsa :
Indonesia
Suku :
Minang
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Jln. Cendrawasi no 51 Rt. 3 / Rw. 6
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Jln. Cendrawasi no 51 Rt. 3 / Rw. 6
Nama suami : Tn “ B ”
Umur :
27 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Minang
Bangsa : Indonesia
Suku : Minang
Agama :
Islam
Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Wiraswata
Alamat rumah :
Jln.Cendrawasi no 51 Rt.3 / Rw.6
KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK
1. Alasan masuk
Perawatan dan pemerikaan postpartum
2. Keluhan utama
Ibu datang ke bidan mengaku habis melahirkan 5 hari yang lalu secara
normal anak ke-2,ibu mengeluh pada daerah kemaluannya terasa nyeri suhu badan
terasa panas sejak 2 hari yang lalu.
RIWAYAT MENSTRUASI
ü Haid pertama/Menarche
: 13 tahun
ü Siklus
: 28 hari
ü Banyaknya
: 2-3 kali ganti duk
ü Warnanya
: Merah Tua
ü Lamanya
: 6-7 hari
ü Sifat darah
: Encer
ü Teratur/tidak
: Teratur
ü Dismenorheo
: Tidak
ü HPHT
: 8 Juli 2009
ü HPL
: 15 April 2010
RIWAYAT KEHAMILAN,
PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
Suami ke
|
Hamil ke
|
PERSALINAN
|
NIFAS
|
Umur anak skrg
|
||||||||
L/P
|
UK
|
H/M
|
Tmpt p’salinan
|
P’nolong
|
P’nyulit
|
Lm nifas
|
Kelainan
|
KB
|
M’nyusui
|
|||
1
|
I
|
H
|
A
|
M
|
I
|
L
|
|
I
|
N
|
I
|
|
|
RIWAYAT KEHAMILAN PERSALINAN
NIFAS SEKARANG
Ibu mengatakan hamil anak ke I ,usia kehamilan 9 bulan,pergerakan
janin dirasakan sejak usia 4 bulan selama hamil klien memeriksakan kehamilan di
Bidan sebanyak 4 kali, keluhan selama hamil,
ü Trimester I :
Mual muntah
ü TrimesterII :
-
ü Trimester III :
Konstipasi
Imunisasi yang pernah didapat TT
Vitamin/ obat-obatan yang pernah didapat Fe
PERSALINAN
Ibu memgatakan kenceng-kenceng sejak hari Kamis tanggal 15 April
2010 jam 19.00 WIB, melahirkan di Bidan Eliana.
Bayi lahir pada tanggal 16 April 2010 jam 02.30 WIB, jenis kelamin
Laki-laki, BB 3400gram, PB 50cm,AS 7, tidak ada kelainan konginetal.
Ada perlukaan jalan lahir, ada bekas jahitan pada perineum, diepis,
luka derajat II, jahitan satu-satu.
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan.
RIWAYAT NIFAS
Ibu menyusui bayinya selama nifas.
Ibu mengkonsumsi Fe, vit A dari bidan.
Ibu mendapatkan obat antibiotic untuk menyembuhkan luka infeksi pada
periniumnya dan diminum secara teratur 3x/hari.
NEONATUS
Reflek : morro (+), suching (+), rooting (+)
Pertumbuhan :
ü BB 3400gram
ü PB 50cm
ü LK 34cm
ü LD 37cm
ü LL 10cm
Imunisasi HBO
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien tidak pernah menderita penyakit menular, menurun, infeksi
virus dan menahun. Klien juga tidak pernah alergi terhadap makanan/minuman,
tidak pernah mengalami kecelakaan.
Riwayat Kesehatan Suami / Keluarga
Keluarga klien tidak pernah menderita penyakit menular, menurun,
infeksi virus dan menahun. Klien juga tidak pernah alergi terhadap
makanan/minuman, tidak pernah mengalami kecelakaan.
KEADAAN PSIKOSOSIAL BUDAYA
ü Ibu mengatakan senang karena bayinya lahir dalam keadaan normal.
ü Ibu mengatakan bahwa tidak tarak terhadap jenis makanan.
ü Ibu mengatakan ini adalah kelahiran bayi pertamanya,
klien cemas dan takut bila suami dan keluarga klien tidak menyukai dengan
kelahuiran bayinya.
ü Hubungan klien dengan suami, keluarga, dan
masyarakat sekitar baik. Klien tinggal bersama suami.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
AKTIVITAS
|
SELAMA HAMIL
|
SELAMA NIFAS
|
|
Jam 13.00-14.00 WIB
Jam 21.00-05.00 WIB
|
Jam 13.30-14.00 WIB
Jam 22.00-04.00 WIB
|
|
3x/hari
½ piring
Nasi,lauk,sayur,buah
Tidak ada
6-7x/hari
6-7 gelas/hari
Air putih dan susu
Tidak ada
|
3x/hari
1piring
Nasi,lauk,buah,sayur
Tidak ada
7-8x/hari
7-8 gelas/hari
Air putih
Tidak ada
|
C. POLA ELIMINASI
a. BAK
1. Frekuensi
2. Warna
3. Keluhan
b. BAB
1. Frekuensi
2. Warna 3. Keluhan |
± 5-6 x/hari
Kuning jernih
Tidak ada
2x/hari
Kecoklatan
Tidak ada
|
± 6 – 7x/hari
Kuning jernih
Tidak ada
1 kali/hari
Kuning
Tidak ada
|
|
2x/hari
2x/hari
2x/minggu
2x/hari
2x/hari
1x/minggu
-
|
2x/hari
3x/hari
2x/minggu
2x/hari
3-4x/hari
1x/minggu
4x/hari
|
|
Menyapu, masak
|
Menyapu, masak, mencuci
|
1. frekuensi
|
Jarang melakukan hubungan seksual
|
Tidak pernah melakukan hubungan seksual
|
|
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
|
II. DATA OBYEKTIF
a. Keadaan umum
: Gelisah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan sebelum hamil : 65 Kg
d. Berat badan sekarang : 56 Kg
e. Tinggi badan : 156 cm
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan sebelum hamil : 65 Kg
d. Berat badan sekarang : 56 Kg
e. Tinggi badan : 156 cm
f. Lila
: 10 cm
TANDA-TANDA VITAL
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Nadi : 84 ×/ menit
c. pernafasan : 24 ×/ menit
d. suhu : 38,5C
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Nadi : 84 ×/ menit
c. pernafasan : 24 ×/ menit
d. suhu : 38,5C
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI
ü Kepala : kulit kepala bersih, rambut lurus, tidak rontok, tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan
ü Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema, tidak ada chloasma
gravidarum ekspresi wajah menyeringai, skala nyeri 4
ü Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan
pengelihatan
ü Mulut dan Gigi : bibir simetris, gigi bersih, gusi tidak ada
gingivitis, tidak ada caries pada gigi
ü Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumenn, tidak OMP
ü Leher : tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
ü Payudara : simetris, papilla mammae bersih, puting menonjol, keluar
ASI, tidak ada luka, ada hiperpigmentasi
ü Aksila : tidak ada benjolan
ü Abdomen : ada linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
ü Genetalia : vulva dan vagina kotor, tidak oedema, tidak ad avarices,
ada flour albus, ada luka bekas jahitan satu-satu, warna lokhea merah segar
ü Anus : tidak ada hemoroid, bersih
ü Ekstremitas atas : simetris, tidak ada oedema, kuku bersih, tidak
ada gangguan pergerakan
ü Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada oedema, kuku bersih, tidak
ada gangguan pergerakan
PALPASI
ü Abdomen : Normal
ü Payudara : tidak ada benjolan abnormal, konsistensi ASI yang keluar
lancar.
AUSKULTASI
ü Suara bising usus + (8x/menit)
PERKUSI
ü Reflek patella kanan dann kiri (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
HB : 12 gr
Golongan darah : B
2. Urine
Protein : Negatif ( - )
HB : 12 gr
Golongan darah : B
2. Urine
Protein : Negatif ( - )
KESIMPULAN
Post partum hari ke 5,P1 A0 dengan masalah pada daerah kemaluannya
terasa nyeri suhu badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA
DAN MASALAH
NO
|
DATA DASAR
|
DIAGNOSA
|
|
DS :
Klien mengatakan pada daerah kemaluannya terasa nyeri suhu badan
terasa panas sejak 2 hari yang lalu.
DO :
KU baik
Kesadaran composmentis
Nyeri (+) pada perineum, skala nyeri 4, ekspresi muka menyeringai.
TTV :
T : 130/90 mmHg
N : 24x/ mnt
S : 38,5 C
RR : 84x/mnt
Genetalia : vulva dan vagina kotor, tidak oedema, tidak ad
avarices, ada flour albus, ada luka bekas jahitan satu-satu, warna lokhea
merah segar
|
Post partum hari ke 5,P1 A0 dengan masalah pada daerah kemaluannya
terasa nyeri suhu badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu.
|
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
-
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
YANG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA KONSULTASI DAN KOLABORASI
Tidak dilakukan
V, VI, VII INTERVENSI,
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Post partum hari ke 5 dengan infeksi perinium
|
1.BHSP antara nakes, keluarga dan px
R/ untuk menjalin hubungan yang kooperatif antara px,nakes da n
keluarga.
2. Observasi TTV
R/ untuk mengetahui k/u px dan perkembangannya
3. Kaji nyeri
R/ untuk mengetahui tingkat nyeri px
4.Beri pengetahuan pada px agar tidak menggaruk luka pada bekas
jahitannya
R/ untuk mencegah infeksi yang lebih lanjut
5.Anjurkan pada px untuk selalu menjaga kebersihan vaginanya
R/ untuk mencegah terjadinya infeksi
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic
R/ untuk mempercepat
proses penyembuhan
7. anjurkan ibu untuk banyak makan makanan yang mengandung
protein. Misalnya telur, dagig dll.
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan
|
1.Melakukan BHSP antara px, nakes dan keluarga
2. Melakukan observasi TTV
T : 120/80 mmHg
N : 82x/mnt
S : 38 C
RR : 20 x/mnt
3. mengkaji tingkat nyeri, skala nyeri 2
4. memberitahu px agar tidak menggaruk luka bekas jahitan
5. Menganjurkan pd px untuk selalu menjaga kebersihan vaginanya
dengan cara setiap habis BAK/BAB cebok yang bersih yaitu dari depan ke
belakang jika prlu menggunakan sabun, ganti softek minimal 2x/hari
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic.
Amoxyllin tab 3x/hari
7. menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang mengandung
protein seperti telur, daging dll.
|
Selasa, 20 April 2010 pukul 12.00 WIB
S : Klien mengatakan pada daerah kemaluannya terasa nyeri suhu
badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu.
O :
KU baik
Nyeri (-) skala nyeri 2
TTV :
T : 120/80mmHg
N : 80x/mnt
S : 38C
RR : 20x/mnt
A : post partum hari ke 5 dengan infeksi perinium
P :
Renpro dilanjutkan
|
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Klien mengatakan pada daerah
kemaluannya terasa nyeri suhu badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu.
2.
Ibu datang ke bidan mengaku
habis melahirkan 5 hari yang lalu secara normal anak ke-2,ibu mengeluh pada
daerah kemaluannya terasa nyeri suhu badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu
3.
Infeksi Perineum biasanya
terjadi pada persalinan normal. Disebabkan kebersihan daerah perineum kurang
terjaga. Misalnya, karena tidak segera mengganti pembalut bila sudah penuh
cairan lokia. Atau, setelah dibasuh, daerah perineum tidak dikeringkan.
B. Saran
Profesi Bidan
Agar dapat
membantu dan memberi perasaan puas dan menyenangkan bagi kita klien serta dapat
setia dan mendampingi dan menolong ibu-ibu pasca persalinan sampai sang Ibu
dapat merawat bayinya dengan baik.
Lahan Praktek
Agar lebih
meningkatkan pelayanan potensi, dalam menjalankan tugasnya bidan memiliki alat
yang dinamakn standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan. Memberikan
pelayanan yang aman bagi masyarakat dan menjaga kebersihan, kerapian lahan dan
memajukan tenaga medis.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Taber Ben-Zion, MD. 1994. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: EGC.
Ø Fakultas Kedokteran VI. 2001. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media Aesculapius.
Ø Mochtar Rustam MPH.
1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar