Sabtu, 16 November 2013

EPIDEMIOLOGI POLIO


2.1  POLIO
 2.3.1 DEFINISI
Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanent. Polia adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.
         Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

2.3.2 TANDA DAN GEJALA

Gejala Penyakit Polio ini ditandai dengan :
a.       Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam.
-          demam ringan
-          sakit kepala
-          tidak enak badan
-          nyeri tenggorokan
-          tenggorokan tampak merah
-           muntah.
b.      Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
-          demam sedang
-          sakit kepala
-          kaku kuduk
-           muntah
-           Diare
-           kelelahan yang luar biasa
-           Rewel
-           nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
-          kejang dan nyeri otot
-           nyeri leher
-           nyeri leher bagian depan
-           kaku kuduk
-           nyeri punggung
-           nyeri tungkai (otot betis)
-           ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
-           kekakuan otot.
c.       Poliomielitis paralitik
-          demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
-           sakit kepala
-           kaku kuduk dan punggung
-           kelemahan otot asimetrik
-           onsetnya cepat segera berkembang menjadi kelumpuhan
-           lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
-          perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
-           peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
-           sulit untuk memulai proses berkemih
-           Sembelit
-           perut kembung
-           gangguan menelan
-           nyeri otot
-           kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
-           Ngiler
-           gangguan pernafasan
-           rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
-           refleks Babinski positif.

2.3.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
      Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
     Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 )

2.3.4 INKUBASI
Virus polio mengalami inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus akan berkembang pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau saluran cerna bagian bawah. Dari saluran cerna virus menyebar ke jaringan getah bening local atau regional. Akhirnya virus menyebar masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf.

2.3.5 RESERVOIR
Manusia satu-satunya dan sumber penularan biasanya , penderita tanpa gejala (inaparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan adanya pembawa virus liar yang berlangsung lama

2.3.6 TRIAD EPIDEMIOLOGI POLIO
Triad epidemiologi merupakan kpnsep dasar epidemiologis yang memberikan gambaran hubungan antara host, agent, dan environment dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya.
                    A. Agent
            Polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga tipe yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3. [4]
 B. Host
            Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang bervariasi. [4] Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. [1]
Resiko terjadinya polio:
Ø  Belum mendapatkan imunisasi polio
Ø  Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
Ø  Kehamilan
Ø  Usia sangat lanjut atau sangat muda
Ø  Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
Ø  Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh). [10]

 C. Environment/ Lingkungan
            Anak yang tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus polio . Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh  hanya 53% anak yang mempunyai antibodi terhadap ketiga virus polio. Status antibodi terhadap masing-masing tipe virus polio dari anak di Bekasi adalah 96% anak mempunyai antibodi terhdap virus polio tipe-1, 96% anak mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76% mempunyai antibodi polio tipe-3. Sedangkan anak di Jakarta yang mempunyai antibodi terhadap masing-masing virus polio tipe-1, tipe-2 dan tipe-3 sebesar 96%,98% dan 56%.
Dapat disimpulkan bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh "Herd Immunity"nya lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh.

2.3.8 PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Peru diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan  dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P. [4]
·         Rehabilitasi
Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.
·         Prognosis
Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini

Tidak ada komentar: