2.1 POLIO
2.3.1
DEFINISI
Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanent. Polia adalah penyakit menular
yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak
antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil
yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular.
Virus akan menyerang sistem
saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa
mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3
hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga
35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita
yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau
mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan
keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi
penularan virus.
2.3.2 TANDA DAN GEJALA
Gejala Penyakit Polio ini ditandai dengan :
a. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau
gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam.
- demam ringan
- sakit kepala
- tidak enak badan
- nyeri tenggorokan
- tenggorokan tampak
merah
- muntah.
b. Poliomielitis non-paralitik (gejala
berlangsung selama 1-2 minggu)
- demam sedang
- sakit kepala
- kaku kuduk
- muntah
- Diare
- kelelahan
yang luar biasa
- Rewel
- nyeri atau
kaku punggung, lengan, tungkai, perut
- kejang dan nyeri
otot
- nyeri leher
- nyeri leher
bagian depan
- kaku kuduk
- nyeri
punggung
- nyeri tungkai
(otot betis)
- ruam kulit
atau luka di kulit yang terasa nyeri
- kekakuan
otot.
c. Poliomielitis paralitik
- demam timbul 5-7
hari sebelum gejala lainnya
- sakit kepala
- kaku kuduk
dan punggung
- kelemahan
otot asimetrik
- onsetnya
cepat segera berkembang menjadi kelumpuhan
- lokasinya
tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
- perasaan
ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
- peka terhadap
sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
- sulit untuk
memulai proses berkemih
- Sembelit
- perut kembung
- gangguan
menelan
- nyeri otot
- kejang otot,
terutama otot betis, leher atau punggung
- Ngiler
- gangguan
pernafasan
- rewel atau
tidak dapat mengendalikan emosi
- refleks Babinski positif.
2.3.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari
faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio. Pengisolasian virus
diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan
hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan
yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji
oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio
tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody
polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan
tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat
pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam
infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih
yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 )
2.3.4 INKUBASI
Virus polio mengalami inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya
virus akan berkembang pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau
saluran cerna bagian bawah. Dari saluran cerna virus menyebar ke jaringan getah
bening local atau regional. Akhirnya virus menyebar masuk ke dalam aliran darah
sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf.
2.3.5 RESERVOIR
Manusia satu-satunya dan sumber penularan biasanya , penderita tanpa gejala
(inaparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan adanya pembawa
virus liar yang berlangsung lama
2.3.6 TRIAD EPIDEMIOLOGI POLIO
Triad epidemiologi merupakan kpnsep dasar epidemiologis yang memberikan
gambaran hubungan antara host, agent, dan environment dalam terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan lainnya.
A.
Agent
Polio
disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga
tipe yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan.
Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan
tipe 2 paling jarang diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe
1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2
dan tipe 3. [4]
B. Host
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang
bervariasi. [4] Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun
yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. [1]
Resiko
terjadinya polio:
Ø Belum mendapatkan imunisasi polio
Ø Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
Ø Kehamilan
Ø Usia sangat lanjut atau sangat muda
Ø Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani
pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
Ø Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan
fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh). [10]
C.
Environment/ Lingkungan
Anak yang
tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus polio .
Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh hanya 53% anak
yang mempunyai antibodi terhadap ketiga virus polio.
Status antibodi terhadap masing-masing tipe virus polio
dari anak di Bekasi adalah 96% anak mempunyai antibodi terhdap virus polio tipe-1, 96% anak mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76% mempunyai antibodi polio tipe-3. Sedangkan anak di Jakarta yang
mempunyai antibodi terhadap masing-masing virus polio
tipe-1, tipe-2 dan tipe-3 sebesar 96%,98% dan 56%.
Dapat disimpulkan bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh "Herd
Immunity"nya lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah
yang tidak kumuh.
2.3.8 PENGOBATAN
Pengobatan
pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakan
gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Peru
diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga
agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang
mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah
pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P. [4]
·
Rehabilitasi
Dilakukan
dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan
anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan
terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau
kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.
·
Prognosis
Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan
mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain
itu karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian
vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang
telah diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar