Sabtu, 16 November 2013

epidemiologi Malaria


BAB II
PEMBAHASAN




2.1  MALARIA
 


2.1.1 DEFINISI
Malaria dalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan golongan Plasmodium. Parasit protozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropis dan subtropis terutama di daerah yang berhutan dan mempunyai iklim basah, seperti di Amerika, Asia dan Afrika.

2.1.2 TANDA-TANDA DAN GEJALA PENYAKIT MALARIA
Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
            Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup menyiksa. Gejala malaria yang utama  yaitu: demam dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal. Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :

1. Stadium dingin (cold stage)
            berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
         berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
             berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
  b. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
·  Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
·  Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
·  Kejang-kejang
·  Panas sangat tinggi
·  Mata atau tubuh kuning
·  Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
·  Nafas cepat atau sesak nafas

2.1.3 MASA INKUBASI
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a.    Masa inkubasi pada manusia (intrinsik)
            Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b.    Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
          Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim
     aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.

2.1.4  FAKTOR YANG BERINTERAKSI DALAM KEJADIAN DAN PENULARAN PENYAKIT MALARIA
               
     

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsIxVG4Y2PDVl1tXsmLa4IXigGHfVHxMLHwPPeuBxrU9Nl-7Cfa1C9lFDL1Olc7KEFoFviTr1CFg6YIypEHKYa9sYqffuAtT7dwaUsv4Rp1ZcBWRlp7E2arU4hxngmF6c8kYPCwK_UUEQ/s400/Triad+malaria.gif
Gambar 4. Triad Epidemiologi Penyakit Malaria (Diadaptasi dari www.google.com)

Beberapa faktor yang berinteraksi dalam kejadian dan penularan penyakit malaria, antara lain:
a.Faktor Host (Manusia)
   Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dapat terkena penyakit malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin karena berkaitan dengan perbedaan tingkat kekebalan dan frekuensi keterpaparan gigitan nyamuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanaan seseorang adalah
1.      Ras atau suku bangsa. Di Afrika, apabila prevalensi hemoglobin S (HbS) cukup tinggi, penduduknya lebih rentan terhadap infeksi P.falcifarum. penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa HbS menghambat P.falcifarum baik sewaktu invasi maupun berkembang biak.
2.      Kurangnya suatu enzim tertentu. Kurangnya enzim G6PD (Glucosa 6-Phosphat Dehydrogenase) memberikan perlindungan terhadap infeksi P.Falcifarum yang berat. Walaupun demikian, kurangnya enzim ini merugikan ditinjau dari segi pengobatan dengan golongan Sulfonamid dan Primakuin oleh karena dapat terjadi hemolisis darah. Defisiensi enzim G6PD ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada perempuan.
3.      Kekebalan pada manusia terjadi apabila tubuh mampu menghancurkan Plasmodium yang masuk atau menghalangi perkembangannya6,8.

b. Faktor Agent (Plasmodium)
             Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium (Class Sporozoa). Sifat-sifat spesifik parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan. 

c. Faktor Lingkungan
     Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung keberadaan penyakit malaria di Indonesia, antara lain: lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian, angin), lingkungan biologik dan lingkungan sosial-budaya.

2.1.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM MALARIA

Jenis pemeriksaan untuk penegakan diagnosis penyakit malaria ada beberapa, namun hingga saat ini metode yang masih dianggap sebagai standar emas (gold standart) adalah menemukan parasit Plasmodium dalam darah. Beberapa jenis metode pemeriksaan parasit Plasmodium ini diantaranya :
1.      Pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk menemukan parasit Plasmodium secara visual dengan melakukan identifikasi langsung pada sediaan darah penderita. Pemeriksaan mikroskopis ini sangat bergantung pada keahlian pranata laboratorium (analis kesehatan) yang melakukan identifikasi. Teknik pemeriksaan inilah yang masih menjadi standar emas dalam penegakan diagnosis penyakit malaria. 
Termasuk di dalam jenis pemeriksaan mikroskopis ini adalah pemeriksaan QBC (Quantitative Buffy Coat). Pada pemeriksaan QBC dilakukan pewarnaan fluorescensi dengan Acridine Orange yang memberikan warna spesifik terhadap eritrosit yang terinfeksi oleh parasit Plasmodium. Plasmodium akan mengikat zat warna Acridine Orange sehingga dapat dibedakan dengan sel lain yang tidak terinfeksi. Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat membedakan spesies dan tidak dapat melakukan hitung jumlah parasit. Selain itu juga reagensia yang digunakan relatif mahal dibandingkan pewarna Giemsa yang sering kita gunakan sehari-hari untuk pewarnaan rutin sediaan malaria.
2.      Pemeriksaan immunoserologis.
Pemeriksaan secara immunoserologis dapat dilakukan dengan melakukan deteksi antigen maupun antibodi dari Plasmodium pada darah penderita.
a.      Deteksi antigen spesifik.
Teknik ini menggunakan prinsip pendeteksian antibodi spesifik dari parasit Plasmodium yang ada dalam eritrosit. Beberapa teknik yang dapat dipilih diantaranya adalah :
- Radio immunoassay
- Enzym immunoassay   
- Immuno cromatography
Penemuan adanya antigen pada teknik ini memberikan gambaran pada saat dilakukan pemeriksaan diyakini parasit masih ada dalam tubuh penderita. Kelemahan dari teknik tersebut adalah tidak dapat memberikan gambaran derajat parasitemia.
b.      Deteksi antibodi.
Teknik deteksi antibodi ini tidak dapat memberikan gambaran bahwa infeksi sedang berlangsung. Bisa saja antibodi yang terdeteksi merupakan bentukan reaksi immunologi dari infeksi di masa lalu. Beberapa teknik deteksi antibodi ini antara lain :
- Indirect Immunofluoresense Test (IFAT)
-  Latex Agglutination Test
- Avidin Biotin Peroxidase Complex Elisa
3.      Sidik DNA.
Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi rangkaian DNA dari tersangka penderita. Apabila ditemukan rangkaian DNA yang sama dengan rangkaian DNA parasit Plasmodium maka dapat dipastikan keberadaan Plasmodium. Kelemahan teknik ini jelas pada pembiayaan yang mahal dan belum semua laboratorium bisa melakukan pemeriksaan ini.

2.1.6 PENGOBATAN
 Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria. Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari. Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna. Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria  seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.
Obat – obat antimalaria,diantaranya :
1.        Klorokuin
Klorokuin adalah bentuk sintetik 4-aminokuinolin, diproduksi dalam bentuk garam fosfat untuk pemberian secara oral. Ekskresi klorokuin melalui urin dengan mas paruh 3-5 hari, namun waktu paruh eliminasi terminal mencapai 1-2 bulan. Klorokuin bersifat skizontosida darah yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium pafa manusia dan gametosida terhadap P.vivax, P.ovale dan P.malariae. Mekanisme kerja klorokuin adalah menghambat polimerisasi produk sisa hemoglobin (heme) menjadi hemozoin di dalam vakuol pencernaan parasit sehingga menghilangkan toksisitas parasit karena pembentukan heme bebas.

2.        Kina dan Kuinidin
Kina mulai dipakai sebagai OAM sejak tahun 1632. Obat ini merupakan alkaloid kinkona yang dibuat dari ekstrak pohon kinkona di Amerika Selatan. Kuinidin adalah dekstrorotatori stereoisomer dari kina. Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum sepenuhnya dipahami, diduga menghambat detoksifikasi heme parasit dalam vakuola makanan.

3.        Proguanil
Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim CYP2C19) menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat pembentukan asam folat dan asam nukleat, bersifat skizontosida darah yang bekera lambat, skizontosida jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan sporontosida.

4.        Tetrasiklin
Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang bekerja lambat, skizontosida jaringan untuk P.falcifarum.

5.        Klindamisin
Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat skizontosida darah yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain seperti kina atau klorokuin.

Tidak ada komentar: