Senin, 18 Maret 2013

mastitis

MASTITIS

               Penyakit yang menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahayanya. Yaitu mastitis atau biasa juga disebut dengan abses/ nanah pada payudara/ radang payudara. Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.

1. Definisi Mastitis
            Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara). MASTITIS merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya antara lain payudara memerah, terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila semakin parah, maka suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan timbul rasa lelah yang sangat. Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

2. Etiologi Mastitis
            Ada dua jenis mastitis: infektif dan non-infektif. Infektif mastitis diakibatkan oleh kuman yang masuk ke saluran air susu di puting payudara melalui perantaraan mulut atau hidung bayi Anda saat menyusui. Sedangkan non infektif mastitis terjadi karena antara lain saluran air susu yang tersumbat atau juga karena posisi menyusui yang salah. Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

3. Gejala mastitis
            Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri, terasa keras saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta merah.
Secara garis besarnya gejalanya berupa:
- nyeri payudara
- benjolan pada payudara
- pembengkakan salah satu payudara
- jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan, kemerahan dan teraba hangat
- nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah)
- gatal-gatal
- pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena
- demam.

Tingkat mastitis ini ada 2 yaitu:
- Tingkat awal peradangan (non infeksi).
Pada tingkatan ini mastitis sering diakibatkan oleh bendungan ASI. Hal ini terjadi karena proses menyusui yang tidak berjalan dengan baik, dimana bayi tidak secara maksimal mendapatkan ASI.
Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat, taraf ini cukup memberi penyangga pada mammae itu dengan kain tiga segi, agar tidak menggantung yang memberika rasa nyeri, dan disamping itu perlu diberikan antibiotika.
Dalam hal antibiotika dapat dikemukakan bahwa kuman dari abses yang dibiakkan dan diperiksa resistensinya terhadap antibiotika ternyata banyak yang resistensi terhadap penisilin dan streptomisin. Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di Edinburgh mengemukakan bahwa stafilokokus aureus yang dibiakkan, 93% resisten terhadap penisilin dan 55% terhadap streptomisin, akan tetapi hampir tidak resisten terhadap linkosin dan oksasilin, yang diberikan 500 mg setiap 6 jam selama 7-10 hari dan kalau ternyata alergis terhadap obat-obat ini, eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari. Bantu agar ibu tetap meneteki, dianjurkan untuk menyangga payudaranya dan melakukan kompres hangat sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol 500 mg dan ibu perlu dievaluasi selama 3 hari.

- Tingkat abses (infeksi)
Infeksi payudara dapat berlanjut menjadi abses. Dari tingkat radang ke abses berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah. Gejala abses ini pada ibu yang menderita mastitis infeksi adalah warna kulit menjadi merah, nyeri bertambah hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilap dan suhu tinggi (39-400C), sehingga ibu mengalami demam, dan pada pemeriksaan ada pembengkakan, dan dibawah kulit teraba cairan. Dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu yang sebelah itu campur nanah. Didaerah payudara ini akan terlihat daerah kemerahan yang jelas. Meskipun demikian laktasi tidak harus disupresi karena mastitis. Ibu harus didorong untuk selalu mengeluarkan ASInya dengan menggunakan pompa atau secara manual, karena tindakan mempertahankan aliran ASI akan mengurangi jumlah mikroorganisme. Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol bila perlu dan lakukan evaluasi selama 3 hari.
Berikan antibiotika kloksasilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari, atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.
Lakukan insisi. Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera. Anestesia umum dianjurkan. Tampon dan drain dilepaskan setelah 24 jam, ganti dengan tampon kecil. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang.

4. Pencegahan mastitis
Sama dengan penyakit lain. Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai dengan ukuran payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui.
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu Minum banyak cairan Menjaga kebersihan puting susu Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

Cara mencegah mastitis:
· Susui bayi segera dan sesering mungkin. Bila payudara terasa penuh, segera keluarkan dengan cara menyusui langsung pada bayi. Kalaupun bayi belum lapar, keluarkan ASI dengan cara diperah atau dipompa sehingga pengeluaran ASI tetap lancar.
· Jaga kebersihan sekitar puting dan payudara. Selesai menyusui, bersihkan puting dengan menggunakan kapas yang dibasahi air matang. Keringkan puting dengan handuk agar suasana di sekitarnya tak lembap. Kelembapan akan memudahkan kuman berkembang biak.
· Jangan membersihkan puting dengan sabun. Kandungan soda pada sabun dapat membuat kulit menjadi kering sehingga mudah terjadi iritasi seperti lecet atau luka bila disusu bayi.
· Puting yang luka harus tetap dibersihkan sehabis diisap bayi
· Pilih bra khusus untuk ibu menyusui dengan bahan yang menyerap keringat. Jangan gunakan bra yang terlalu menekan payudara. Demi menjaga higienitas daerah payudara, ganti bra sesering mungkin setiap kali basah karena keringat atau setelah dipakai seharian.

5. Penatalaksanaan mastitis
Jika disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotika. Mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman untuk ibu sedang menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas, ibu dapat meminum obat penurun panas. Kemudian. untuk bagian payudara yang terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri.
Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit. Istirahat yang cukup amat diperlukan agara kondisi tubuh ibu kembali sehat dan segar. Makan makanan yang bergizi tinggi sangatlah dianjurkan. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam. Biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan Anda akan mampu beraktivitas seperti semula.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya.
         Istirahat.
Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh Anda kembali. Cara ini pun bisa meningkatkan daya tahan tubuh karena istirahat dapat memulihkan kondisi tubuh.
         Kompres payudara
Secara bergantian, kompres payudara Anda dengan kompres hangat dan dingin. Kompres dingin menghilangkan rasa nyeri, sedangkan kompres panas membantu memerangi peradangan.
Jangan lakukan pemijatan karena dikhawatirkan justru membuat kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan menambah risiko infeksi.
Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian keadaannya, untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi sebaiknya tetap menyusu pada payudara yang tak terinfeksi. Penghentian ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut menjadi abses payudara (payudara bernanah).
Susuilah lebih sering di payudara yang meradang.Susuilah payudara yang meradang sampai kosong, karena apabila ada yang tersisa akan lebih mudah terinfeksi lagi.
Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau dipompa.
Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti ke payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.
Apabila bayi Anda menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang, ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi Anda menolak, mulailah menyusui dari payudara yang sehat, baru selanjutnya tukar ke payudara yang meradang.
Obat-obatan antibiotik, yang aman untuk ibu menyusui, biasanya diberikan untuk mengatasi infeksi. Sementara rasa sakit bisa dikurangi dengan obat-obatan yang mengandung analgesik
Bila terdapat abses, cairan nanah akan dikeluarkan dengan insisi abses/tindakan bedah.
         Makanlah makanan bergizi dan banyak minum karena kondisi mastitis membuat daya tahan tubuh ibu menurun. Daya tahan tubuh yang meningkat dapat mengatasi infeksi.
         Mengurangi konsumsi garam dan sodium, untuk mencegah penambahan cairan di payudara.
         Hentikan mengkonsumsi kafein. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang banyak minum kopi dan menderita penyakit fibrokistik mendapatkan penyembuhannya ketika mereka berhenti mengkonsumsi kafein
         Bagi beberapa wanita, kontraseptik mulut menghilangkan sakit pada payudara. Atau mungkin dokter meresepkan Danazol, suatu obat resep, untuk mengurangi sakit tersebut
         Vitamin E ( 400 internasional unit setiap hari ) atau diuretik ( pil cair ) bisa mengurangi sakit pada payudara.
Apabila peradangan terus berlanjut, segeralah periksa ke dokter.
            Bidan sebagai tenaga medis harus dapat meningkatkan usaha preventif dan promotif terhadap perawatan payudara dengan jalan mengajarkan tentang cara pemeliharaan payudara, cara pemberian ASI yang benar, memberikan ASI secara bergantian kanan dan kiri dan diberikan sampai payudara kempes. Pemeliharaan payudara pada saat hamil dipersiapkan untuk masa laktasi. Dengan memakai BH yang longgar, maka perkembangan payudara tidak terhalang. Putting susu diperhatikan agar tetap bersih dan ditarik-tarik agar menonjol dan memudahkan pemberian ASI.

Tidak ada komentar: